Apakah benar semua ini karena sistem distribusi yang belum rapi? Atau ada persoalan lebih fundamental seperti standar gizi, integritas vendor penyedia, dan pengawasan yang lemah?
Jika kita bicara standar gizi maka seharusnya setiap menu yang disajikan sudah melalui kajian ahli gizi dan diuji kelayakannya. Fakta di lapangan menunjukkan masih banyak sekolah menerima makanan dengan standar yang diragukan. Tidak sedikit juga laporan tentang makanan yang basi sebelum sempat dibagikan.
Konsep rantai pasok makanan adalah hal mendasar dalam kuliner. Jika hotel bintang lima saja punya SOP ketat. Maka program nasional sekelas MBG tidak boleh longgar dalam pengawasan.
Kita tidak boleh menutup mata bahwa MBG di atas kertas punya tujuan mulia. Namun, niat baik tanpa eksekusi yang matang hanya akan menghasilkan bumerang. Kita tidak butuh program keren di atas kertas. kita butuh program nyata yang dieksekusi secara positif di lapangan.
Sebenarnya, dunia sudah memberikan banyak contoh untuk benar-benar kita pelajari. Di Jepang maupun Tiongkok, program ini dikelola dengan sangat serius. Setiap anak mendapatkan makanan bergizi dengan standar tinggi dan hampir tidak pernah ada kasus keracunan. Indonesia bisa belajar dari sini.
Izinkan untuk kembali mengingatkan bahwa pengawasan tidak bisa hanya dilakukan secara administratif. Perlu inspeksi lapangan secara berkala bahkan secara mendadak agar kualitas benar-benar terjamin.
Peran media penting dalam upaya tindak lanjut kasus-kasus keracunan yang bukanlah sekadar sensasi. Melainkan alarm keras agar pemerintah tidak menutup mata. Dengan publikasi, masyarakat tahu dan pemerintah mau tidak mau harus bertindak.
Tentu saja, kita tidak ingin MBG sekadar menjadi bahan pemberitaan. Harapannya, setiap kritik bisa menjadi bahan koreksi agar kualitas semakin baik. Jika tidak, dikhawatirkan publik lagi-lagi akan kehilangan kepercayaan.
MBG bisa jadi membawa misi tentang masa depan. Anak-anak yang sehat hari ini akan menjadi generasi produktif esok hari. Sebaliknya, jika anak-anak terus-menerus menjadi korban keracunan ulah salah kelola. maka yang lahir adalah generasi sakit-sakitan yang tidak siap hadapi tantangan abad 21 bersaing di era global .
Apakah kita rela hal itu terjadi? Tentu tidak. Maka evaluasi besar-besaran, berkesinambungan dan berkelanjutan adalah keharusan. Artinya bukan sekadar opsi.