Fitur ulasan di Google Maps membuat sekolah tak hanya dinilai dari bangunan dan lokasi. Tapi juga dari pelayanan, keramahan Kepsek, guru, staf. Ataupun dari ketepatan waktu hingga keamanan lingkungan sekolah.
Namun belakangan, barulah disadari bahwa fitur ulasan tersebut telah ditiadakan khususnya untuk sekolah negeri maupun sekolah swasta. Tiba-tiba, fitur "Tulis Ulasan" tak lagi tersedia. Kini pengguna Google Maps tidak lagi bisa memberi review untuk semua sekolah di Indonesia.
Lantas muncul pertanyaan besar di benak publik. Kenapa terjadi hal demikian? Apakah ini bentuk pembatasan terhadap suara masyarakat?
Jangan-jangan, ini adalah bentuk baru dari "sensor digital"? Sebuah upaya halus untuk menghindari kritik?
Pemerintah atau pihak terkait seharusnya bisa menjelaskan alasan dibalik penghapusan fitur ini. Sebab ruang publik di dunia digital tak kalah pentingnya dengan ruang diskusi tatap muka.Â
Bila suara dibungkam di tempat yang formal maka ia bisa meledak di tempat yang tak terkendali. Lalu kritik bisa bermetamorfosis menjadi nyinyiran, fitnah, atau bahkan hoaks, bila tidak difasilitasi dengan wadah yang tepat.
Google Maps, selama ini telah menjadi medium yang seimbang yang tak berpihak. Siapa pun bisa melihat ulasan yang baik dan buruk lalu menilainya sendiri.
Ulasan dari masyarakat bisa menjadi bahan evaluasi yang sangat penting bagi sekolah. Terutama dari sisi pelayanan publik.
Bayangkan bila orangtua merasa tidak puas terhadap sistem pendaftaran, atau sikap petugas keamanan maupun penjaga sekolah, namun tak tahu harus menyampaikan ke mana.
Bila dibiarkan, kekecewaan itu bisa membesar dan menyebar dari mulut ke mulut, tanpa sempat diklarifikasi atau ditindaklanjuti oleh pihak sekolah. Maka, penting bagi pemerintah untuk membuka ruang partisipasi publik. termasuk dalam bentuk kritik konstruktif melalui media digital.