Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tren Playground dan Wahana Pendidikan Karakter

26 April 2025   07:46 Diperbarui: 26 April 2025   10:25 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain di playground jadi tren seru masa kini untuk anak. (Foto AKBAR PITOPANG)

Dunia anak-anak terus berkembang bukan hanya dari segi pendidikan formal tetapi juga melalui pengalaman bermain yang semakin beragam. Kini, tren playground atau wahana bermain menjamur di berbagai kota. Ada dalam bentuk indoor yang nyaman ber-AC maupun outdoor yang menyatu dengan lingkungan sekitar. Fenomena ini bukan sekadar tren kekinian melainkan mencerminkan meningkatnya kesadaran orangtua akan pentingnya stimulasi sensorik, motorik, hingga sosial-emosional anak sejak dini. Playground menjadi ruang eksplorasi yang edukatif dan menyenangkan di masa kini.

Di balik desain yang instagramable dan penuh warna di banyak playground masa kini mengusung konsep edutainment ---gabungan antara edukasi dan entertainment. Anak-anak diajak tidak sekadar bermain tapi juga belajar mengenali bentuk, warna, tekstur, hingga memecahkan masalah lewat permainan interaktif. 

Di beberapa tempat, tersedia pula arena tematik seperti miniatur kota, jungle adventure, hingga science zone, yang secara tidak langsung membangun kreativitas dan imajinasi anak. Tak heran jika playground modern kini menjadi magnet baru bagi keluarga urban yang menginginkan waktu berkualitas tanpa harus jauh-jauh berlibur.

Banyak bermunculan wahana bermain dengan fasilitas lengkap kekinian. (Foto AKBAR PITOPANG)
Banyak bermunculan wahana bermain dengan fasilitas lengkap kekinian. (Foto AKBAR PITOPANG)

Fenomena ini juga mencerminkan pergeseran gaya pengasuhan. Orangtua tak melulu mengandalkan gadget sebagai pelipur lara anak. Mereka sadar bahwa screen time berlebihan bisa menghambat perkembangan anak secara holistik. Maka, kehadiran playground menjadi alternatif yang mengajak anak aktif bergerak, bersosialisasi, dan mengasah keterampilan hidup sejak dini. 

Dari sisi bisnis, tren ini membuka peluang baru yang menjanjikan. Banyak pelaku usaha menggabungkan playground dengan kafe, toko mainan edukatif, hingga kelas seni dan olahraga. Bukan hanya tren, ini adalah transformasi gaya hidup keluarga Indonesia masa kini.

Tren menjamurnya playground adalah gambaran optimisme tentang masa depan generasi. Anak-anak tumbuh dengan riang, aktif, dan penuh eksplorasi. sementara orangtua semakin sadar akan pentingnya hadir secara utuh dalam masa kecil anak. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern mungkin playground menjadi oasis kecil yang membawa tawa, kreativitas, dan bonding keluarga.  

Tetap mengawasi anak secara sadar. (Foto AKBAR PITOPANG)
Tetap mengawasi anak secara sadar. (Foto AKBAR PITOPANG)

Skip Main Hp, Hadir Penuh Temani Anak Bermain

Bermain di playground bukan sekadar aktivitas fisik semata tetapi juga momen berharga yang membentuk karakter dan keterampilan sosial anak. Ketika anak-anak berinteraksi dalam lingkungan bermain yang dinamis mereka belajar berbagi, bernegosiasi, hingga menyelesaikan konflik secara alami. 

Namun, di balik gemerlapnya arena bermain dan tawa anak-anak yang riang dibutuhkan peran orangtua sebagai pendamping tetap menjadi fondasi utama dalam menciptakan pengalaman bermain yang positif dan aman.

Sayangnya, tak jarang momen bermain ini justru terdistorsi oleh kehadiran smartphone di tangan orangtua. Alih-alih menjadi sosok yang mendampingi dan mengamati dengan seksama. sebagian orangtua lebih larut dalam dunia digital. 

Dan orangtua yang melek quality time. (Foto AKBAR PITOPANG)
Dan orangtua yang melek quality time. (Foto AKBAR PITOPANG)

Padahal, kehadiran penuh secara mindful di saat anak bermain dapat mencegah potensi gesekan antar anak yang mungkin muncul karena rebutan mainan, antrean permainan, atau salah paham dalam berinteraksi. 

Di sinilah dibutuhkan kesadaran kolektif bahwa playground bukanlah tempat "melepaskan anak", melainkan ruang kolaborasi antara anak dan orangtua.

Hadir secara utuh di sisi anak saat bermain juga memberikan stimulasi emosional yang kuat. Anak merasa diperhatikan, dihargai, dan didukung dalam setiap proses eksplorasinya. Ikatan emosional pun terbangun lebih dalam. 

Tetap mendampingi anak demi keamanan dan keselamatan. (Foto AKBAR PITOPANG)
Tetap mendampingi anak demi keamanan dan keselamatan. (Foto AKBAR PITOPANG)

Bahkan, dalam dunia psikologi perkembangan, momen kebersamaan yang konsisten antara orangtua dan anak akan berkontribusi pada terbentuknya secure attachment yang menjadi bekal penting dalam pembentukan kepribadian positif di masa depan. 

Ketika orangtua terlibat langsung mereka juga bisa mengajarkan anak untuk sabar menunggu giliran, meminta maaf ketika tidak sengaja mendorong teman, atau mengajak anak untuk mengajak teman baru bermain bersama. Nilai-nilai ini tumbuh dari proses yang alami. 

Maka, mari sebagai orangtua di tengah maraknya wahana bermain anak untuk simpan gawai, buka mata dan hati, dan nikmati keajaiban sederhana saat melihat anak tertawa, mencoba hal baru, atau berdamai setelah berkonflik kecil. 

Orangtua mengenalkan etika sosial kepada anak sejak dini. (Foto AKBAR PITOPANG)
Orangtua mengenalkan etika sosial kepada anak sejak dini. (Foto AKBAR PITOPANG)

Playground dan Menanamkan Etika Sosial Sejak Dini

Di tengah keragaman anak-anak dengan latar belakang berbeda, playground menjadi laboratorium kecil kehidupan dimana anak belajar bersikap, bertoleransi, dan membangun relasi. 

Dalam suasana penuh keceriaan ini orangtua tetap memiliki peran krusial menanamkan nilai-nilai tata krama agar anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara kognitif tetapi juga tangguh secara emosional dan bermartabat.

Mengajarkan magic words ---tolong, maaf, dan terima kasih---adalah langkah sederhana namun berdampak luar biasa. kata-kata tersebut bukan sekadar formalitas melainkan fondasi dari etika komunikasi yang sehat dan beradab. Saat anak terbiasa mengucapkannya maka mereka akan memahami arti menghargai orang lain, mengakui kesalahan, dan menunjukkan empati. Ini adalah bentuk social literacy yang penting dikuasai anak sejak dini. terlebih ketika berinteraksi dengan banyak teman dalam suasana playground yang dinamis.

Tetap mengajarkan anak sopan santun. (Foto AKBAR PITOPANG)
Tetap mengajarkan anak sopan santun. (Foto AKBAR PITOPANG)

Tidak semua interaksi berjalan mulus di area bermain. Bisa jadi anak menghadapi situasi saling berebut mainan, tidak sengaja bersenggolan, atau harus menunggu giliran yang lama. Inilah momen penting bagi orangtua untuk mengarahkan anak tetap bersikap terkontrol, tidak reaktif, dan tetap menunjukkan adab dalam setiap situasi. 

Ketika anak terbiasa bersikap sopan santun di ruang publik seperti playground maka secara perlahan mereka akan membawa kebiasaan tersebut ke lingkungan lain. Seperti di sekolah, di rumah, bahkan di dunia digital ketika kelak mereka tumbuh. 

Serta menanamkan kebiasaan dengan kata-kata ajaib. (Foto AKBAR PITOPANG)
Serta menanamkan kebiasaan dengan kata-kata ajaib. (Foto AKBAR PITOPANG)

Ini adalah bentuk character building yang menjadi bekal penting dalam menghadapi kompleksitas hidup. Sopan santun bukan hal kuno. justru semakin relevan di tengah dunia yang serba cepat dan cenderung individualistik.

Oleh karena itu, setiap kunjungan ke playground orangtua tidak hanya menemani mereka melompat dan berlari. tetapi juga membimbing hati dan pikirannya untuk tumbuh dengan nilai-nilai luhur. Karena sejatinya, anak yang sopan akan mudah diterima, dihargai, dan mampu membangun jejaring sosial yang sehat. Dan dari sinilah masa depan yang cerah mulai ditata dengan kata-kata ajaib dan sikap santun yang tak lekang oleh zaman.

Etika bermain di playground itu tetap harus penuh tanggung jawab. (Foto AKBAR PITOPANG)
Etika bermain di playground itu tetap harus penuh tanggung jawab. (Foto AKBAR PITOPANG)

Bayar Tiket Bukan Berarti Bebas Aturan

Bermain di playground memang menyenangkan apalagi jika wahana yang disediakan lengkap dan aman. Namun di balik gemerlap dan kebebasan berekspresi anak-anak ada tanggung jawab yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Orangtua sebagai pendamping wajib memahami bahwa penggunaan fasilitas umum tetap harus disertai etika dan kesadaran. 

Membayar tiket masuk bukan berarti memiliki kuasa atas tempat tersebut. Playground adalah ruang publik berbayar yang harus dijaga dan dihormati bersama.

Kesadaran kolektif untuk menjaga fasilitas umum mencerminkan tingkat peradaban suatu masyarakat. Jika ada peralatan bermain yang rusak akibat ulah anak sendiri maka orangtua perlu mengedepankan tanggung jawab dengan menyampaikan kejadian tersebut kepada pengelola maupun bersedia mengganti atau memperbaiki kerusakan yang terjadi. Tindakan ini mengajarkan anak tentang integritas dan tanggung jawab. nilai penting yang sering luput dalam proses pengasuhan sehari-hari.

Tetap menjaga nilai-nilai kebaikan demi kenyamanan bersama. (Foto AKBAR PITOPANG)
Tetap menjaga nilai-nilai kebaikan demi kenyamanan bersama. (Foto AKBAR PITOPANG)

Dalam situasi tertentu, gesekan antar-anak atau insiden kecil bisa saja terjadi. Maka sudah seharusnya masalah diselesaikan dengan kepala dingin dan komunikasi yang elegan. Tidak perlu membawa ego orang dewasa ke dalam dunia anak-anak yang sejatinya sederhana dan penuh ketulusan. 

Orangtua yang bijak akan mengedepankan penyelesaian secara damai, meminta maaf bila perlu, dan memberikan contoh bagaimana konflik bisa diselesaikan dengan cara beradab. Di sinilah playground menjadi panggung nyata bagi pendidikan karakter. bukan hanya untuk anak tapi juga untuk orangtua.

Terlalu sering kita melihat fenomena "pengunjung merasa paling hebat" karena sudah membayar tiket. Memiliki akses tidak sama dengan memiliki otoritas. Justru kita sedang menyepakati sebuah kontrak sosial tak tertulis yakni untuk menghormati aturan dan menjaga kenyamanan bersama.

Orangtua siap terhadap segala kemungkinan terjadi. (Foto AKBAR PITOPANG)
Orangtua siap terhadap segala kemungkinan terjadi. (Foto AKBAR PITOPANG)

Nah, playground adalah miniatur masyarakat. Cara kita bersikap disana adalah cerminan nilai-nilai yang kita bawa dalam kehidupan sehari-hari. 

Menghargai fasilitas, bertanggung jawab atas tindakan, serta menjunjung etika bermain akan membuat tempat bermain tak hanya menjadi ruang hiburan. tetapi juga tempat pembelajaran dan pendidikan karakter yang bermakna. 

Waktu terus berjalan, anak tumbuh begitu cepat, dan playground hanya satu dari sekian banyak wahana kehidupan yang membutuhkan kehadiran penuh kita. Sebab dalam dunia anak, kehadiran orangtua adalah cinta yang paling nyata.

Semoga ini bermanfaat.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== AKBAR PITOPANG ==

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun