Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Teacherpreneur dalam Paradigma Profesi Pendidik

20 Oktober 2024   15:11 Diperbarui: 21 Oktober 2024   16:34 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi paradigma teacherpreneur menjadikan guru selalu berpikir kreatif dan bersikap profesional. | Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO 

Menjadi seorang pendidik adalah panggilan jiwa yang penuh makna. Profesi ini mulia karena guru berperan penting dalam membentuk generasi bangsa. Namun, dalam kenyataannya, banyak guru yang merasa profesi ini dipandang sebelah mata. Kesejahteraan guru, khususnya yang berstatus honorer, seringkali menjadi sorotan karena gaji yang jauh dari layak. Ini adalah ironi bagi seseorang yang mengabdikan hidupnya untuk mendidik dan membangun karakter anak bangsa.

Dengan kondisi tersebut, guru terpaksa mencari cara untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Salah satu konsep yang kini menjadi sorotan adalah teacherpreneur. Apa sebenarnya maksud dari istilah ini? Apakah ini berarti seorang guru mengajar sambil berbisnis? Teacherpreneur tidak sesederhana itu. 

Inti dari teacherpreneur adalah menggabungkan peran sebagai pendidik dengan kemampuan untuk menciptakan nilai ekonomi. Guru tetap fokus pada tugas utama mereka, yaitu mengajar dan mendidik. 

Namun, mereka juga memiliki inisiatif untuk memanfaatkan keterampilan atau keahlian mereka di luar ruang kelas. Dengan kata lain, seorang teacherpreneur adalah seorang guru yang inovatif dalam mencari peluang, baik di dalam maupun di luar pendidikan, untuk mendukung kesejahteraan finansial mereka.

Namun, menjadi teacherpreneur bukan hanya soal peluang pendapatan. Seorang teacherpreneur juga harus terus meningkatkan kompetensi dan keterampilan sebagai pendidik. 

Hal ini penting agar kualitas pendidikan yang diberikan tetap terjaga. Guru yang ingin menjadi teacherpreneur harus memiliki mindset yang terbuka terhadap pembelajaran seumur hidup (long life learning). Mereka harus terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Mindset inilah yang harus dirubah terlebih dahulu. Seorang teacherpreneur tidak hanya fokus pada pendapatan, tetapi juga pada pengembangan diri dan kualitas pendidikan. Banyak pelatihan yang diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan guru, tetapi sayangnya, banyak di antaranya yang hanya menjadi teori tanpa praktek nyata. 

Di sinilah pentingnya mengubah mindset guru. Setiap pelatihan harus dianggap sebagai peluang untuk berkembang, baik secara profesi maupun pribadi.

Selain itu, seorang teacherpreneur juga harus berada di lingkungan yang mendukung. Mengubah circle atau lingkaran pertemanan adalah langkah penting. Berteman dengan orang-orang yang memiliki visi dan semangat yang sama untuk berkembang akan mendorong perubahan positif. 

Lingkungan kerja guru yang mendukung bebas perundungan. (Foto: Akbar Pitopang)
Lingkungan kerja guru yang mendukung bebas perundungan. (Foto: Akbar Pitopang)

Lingkungan yang mendukung atau bebas dari perundungan tempat kerja akan mempercepat transformasi dari guru konvensional menjadi teacherpreneur yang berkemajuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun