Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Fenomena "War" Takjil: Keunikan Toleransi dalam Bingkai Keberagaman Indonesia

31 Maret 2024   09:00 Diperbarui: 31 Maret 2024   09:05 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana "WAR" Takjil di Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (12/3/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)

Nah, fenomena "war" takjil yang terjadi di bulan Ramadhan 2024 memang sebuah contoh yang unik dan menarik dalam upaya membangun toleransi di Indonesia. 

Pemandangan tersebut menjadi bukti nyata bahwa keberagaman budaya dan agama dapat menjadi sumber sukacita dan kebersamaan.

Melalui "war" takjil ini, banyak teman dari berbagai latar belakang agama yang turut berpartisipasi dalam merayakan kebersamaan. Meskipun mereka tidak menjalankan ibadah puasa, semangat untuk merayakan momen spesial dengan teman-teman Muslim terasa sangat kuat. 

Bahkan, ada yang dengan antusias berlomba-lomba mendapatkan takjil, bahkan dengan cara-cara yang kreatif seperti "nyuri start" atau bahkan berpenampilan layaknya seorang Muslim.

Fenomena ini tidak hanya menjadi viral di media sosial, tetapi juga menjadi bahan pembicaraan yang hangat di antara masyarakat. 

Konten-konten hiburan yang memperlihatkan "war" takjil ini turut menyebar dengan cepat dan viral, baik yang dibuat oleh Muslim maupun non-Muslim. 

Yang menarik, dalam semangat lucu-lucuan, tidak ada yang mempermasalahkan. Sebaliknya, mereka justru menemukan "keunikan" dan kebersamaan dalam momen yang menggelitik tersebut.

Fenomena "war" takjil ini menjadi bukti bahwa toleransi dapat dibangun melalui cara-cara yang tidak monoton di era digital dan media sosial seperti saat ini. 

Melalui kebersamaan, humor, dan semangat untuk merayakan perbedaan, kita dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis. 

Semoga fenomena ini dapat terus memperkuat rasa persaudaraan di antara kita semua, dan menjadi inspirasi untuk terus memupuk nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Ilustrasi toleransi.(SHUTTERSTOCK via Kompas.com)
Ilustrasi toleransi.(SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun