Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Saran untuk Kemdikbud: 5 Hari Belajar, 1 Hari untuk Pelatihan Guru

20 Februari 2024   03:21 Diperbarui: 21 Februari 2024   08:57 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru zaman now yang mengikuti berbagai pelatihan dan pengembangan profesi berkelanjutan. (foto Akbar Pitopang)

Pemerintah masih kurang memperhitungkan tantangan yang harus guru hadapi. Antara mengikuti pelatihan/webinar, juga dalam melaksanakan tugas sehari-hari misalnya bagi guru sekaligus sebagai ibu rumah tangga. 

  • Masih minimnya fasilitas dan infrastruktur pendidikan terutama di daerah terpencil sehingga sulit bagi guru untuk mengikuti pelatihan tanpa kendala misalnya dari segi kualitas internet yang masih buruk dan belum merata.

  • Hendaknya semua tanggung jawab yang harus dilaksanakan guru harus seimbang karena memiliki prioritas tersendiri. (foto Akbar Pitopang)
    Hendaknya semua tanggung jawab yang harus dilaksanakan guru harus seimbang karena memiliki prioritas tersendiri. (foto Akbar Pitopang)

    Win-win solution

    Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru memang memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi peserta didik dan kualitas mutu pendidikan secara keseluruhan. Namun, perlu diakui bahwa ada beberapa risiko yang harus diperhatikan dalam implementasinya.

    Salah satu risiko utama adalah adanya potensi guru mengabaikan peserta didik sebab guru yang terlalu terfokus pada pelatihan. Waktu dan interaksi antara guru dan murid bisa terganggu karena guru sibuk dengan kegiatan pelatihan dan tugas-tugas terkait. 

    Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya kualitas pembelajaran dan perhatian terhadap kebutuhan individual siswa.


    Selain itu, ada juga risiko bagi keseimbangan kehidupan pribadi guru. Terutama misalnya bagi guru perempuan yang seringkali harus menanggung beban ganda antara karir dan mengurus rumah tangga. 

    Partisipasi mengikuti pelatihan dapat mempengaruhi waktu dan perhatian yang seharusnya diberikan pada keluarga dan rumah tangga, sehingga menimbulkan konflik dan stres tambahan.

    Meskipun demikian, penting untuk tidak menyalahkan pelatihan itu sendiri sebagai akar dari semua masalah. Sebaliknya, perlu adanya pendekatan yang bijak dalam mengelola pelatihan sehingga dapat memberikan manfaat maksimal tanpa mengorbankan keseimbangan dan kualitas kehidupan guru serta interaksi dengan peserta didik.

    Dengan memperhatikan kebutuhan dan keseimbangan guru dalam mengikuti pelatihan, serta supaya guru memperoleh dukungan dan fasilitas yang memadai, maka saya memberikan ide/masukan bahwa hari efektif untuk belajar cukup 5 hari saja yakni dari Senin sampai Jumat. Sedangkan di hari Sabtu diliburkan agar guru bisa fokus mengikuti pelatihan dan mengerjakan tugas-tugas terkait. 

    Menurut hemat saya, supaya guru bisa fokus terhadap prioritas masing-masing diantara kedua aspek ini. Jadi, 5 hari untuk guru fokus mengajar dan mendidik murid, dan 1 hari bagi guru untuk fokus pada upaya pengembangan kompetensi yang dituntut oleh Kemdikbud.

     

    Supaya guru bisa tetap fokus mengajar dan mendidik generasi penerus bangsa. Supaya pendidikan makin maju. (foto Akbar Pitopang)
    Supaya guru bisa tetap fokus mengajar dan mendidik generasi penerus bangsa. Supaya pendidikan makin maju. (foto Akbar Pitopang)

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun