Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Manakala Profesi Pendidik Terancam Bahaya Demi Mendidik Generasi Bangsa

14 Agustus 2023   12:58 Diperbarui: 28 September 2023   23:26 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pendidik saat ini yang mendapat perlakuan kurang manusiawi hanya karena menjalankan tanggung jawab mendidik generasi. (HERYUNANTO/Kompas.id)

Berbahayakah bila menjadi seorang pendidik saat ini? Apa yang dialami Bapak Guru Zaharman menjadi pelajaran penting tentang bagaimana kita seharusnya memandang pendidikan tetap menjadi mercusuar bagi generasi mendatang, meski harus menavigasi gelombang kenakalan anak didik bagai lautan yang tidak pernah tenang...

Pendidikan sebagai pilar utama pembangunan suatu bangsa seharusnya merupakan lingkungan yang penuh dengan kedamaian dan penghargaan. 

Namun, situasi terkini menunjukkan bahwa tantangan besar tengah menghampiri keberlangsungan pendidikan di negeri ini. 

Belum lama ini, video viral menghebohkan jagat maya. Adegan yang menggambarkan seorang murid yang berani menentang gurunya bahkan mengajukan tantangan untuk berduel. sungguh menciptakan keprihatinan. 

Aksi seperti ini tidak hanya mencoreng martabat seorang guru, tetapi juga melanggar nilai-nilai etika dan penghargaan dalam dunia pendidikan.

Lebih tragisnya lagi, kabar baru-baru ini mencuat mengenai seorang guru yang mengalami nasib mengerikan. 


Bola matanya hancur diketapel oleh orangtua murid, hanya karena sang guru berani menegur anaknya yang kedapatan merokok. 

Kejadian ini membawa dampak yang jauh lebih serius daripada sekadar luka fisik. Ini adalah cerminan dari situasi yang semakin memburuk, yang akan melumpuhkan semangat pendidikan itu sendiri.

Para pendidik di negeri ini telah lama berjuang dengan keterbatasan dan kurangnya perhatian atau kesejahteraan di antaranya dari segi finansial. 

Dan sekarang kondisi tersebut semakin diperparah oleh munculnya insiden-insiden kekerasan yang mengancam keselamatan dan keamanan guru. 

Apakah menjadi seorang guru kini telah menjadi profesi yang membahayakan?

Kekerasan terhadap guru bukanlah sekadar menyangkut individu, melainkan juga masalah sosial yang memerlukan perhatian bersama. 

Pemerintah, institusi pendidikan, masyarakat, dan orangtua harus berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, inklusif, dan penuh penghargaan. 

Diperlukan tindakan nyata dalam mengatasi akar penyebab dari perilaku-perilaku kekerasan terhadap guru. sambil terus mencari jalan keluar terhadap kasus kekerasan yang masih kerap terjadi di kalangan siswa.

Melalui peningkatan kesadaran akan pentingnya penghargaan terhadap guru, kita dapat membangun fondasi yang kuat untuk pendidikan yang berkualitas. 

Guru bukanlah musuh, tetapi mitra dalam membentuk masa depan bangsa. 

Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai penghargaan dan menghilangkan ancaman kekerasan, kita berkomitmen untuk menjaga semangat pendidikan yang membawa harapan bagi generasi mendatang.

Aksi siswa SMA melawan serta menantang gurunya. (HO/Tribun Medan) 
Aksi siswa SMA melawan serta menantang gurunya. (HO/Tribun Medan) 

Siswa "lost control", guru yang diteror | Studi kasus intimidasi terhadap guru

Akhir-akhir ini, situasi telah menggambarkan pemandangan yang mengguncangkan perasaan kita semua.

Kasus-kasus tersebut dengan jelas menggambarkan bahwa kekerasan terhadap guru bukan lagi sekadar berita langka, tetapi sebuah ancaman nyata yang menghantui para pendidik.

Guru, yang seharusnya menjadi pengayom dan pembimbing bagi generasi muda, kini terpaksa menghadapi sikap tidak manusiawi dan bahkan tindakan kekerasan. 

Berkaca dari kasus di atas, tanggung jawab tidak hanya terletak pada guru dan sistem pendidikan. 

Orangtua yang sebenarnya memiliki peran sentral yang sangat penting dalam membentuk pandangan anak-anak terhadap otoritas (kewenangan) dan pembelajaran. 

Kekerasan yang terjadi saat orangtua merespons tindakan koreksi/teguran guru mencerminkan kegagalan dalam mendidik anak-anak tentang pentingnya menghormati dan menghargai peran guru dalam hidup mereka.

Untuk mengatasi masalah ini diperlukan pendekatan komprehensif. 

Pertama-tama, perlu ada langkah-langkah konkret untuk memastikan kesejahteraan guru. Ini bukan hanya tentang memberikan penghargaan yang sesuai atas peran mereka dalam pembentukan generasi mendatang, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, aman, dan terlindungi.

Selain itu, pendidikan karakter dan kecerdasan sosial harus menjadi bagian dari kurikulum. Anak-anak perlu diajarkan tentang pentingnya rasa hormat, etika, dan tanggung jawab dalam menerima kewenangan guru dalam mendidik mereka. 

Kita semua harus berkomitmen untuk menciptakan lingkungan pendidikan dapat berjalan dengan damai dan konstruktif. 

Kita harus menghentikan lingkaran kekerasan dan menggantinya dengan lingkaran "bertumbuh dan berproses" secara bersama-sama.

Kasus-kasus kekerasan terhadap guru yang menggemparkan harus menjadi renungan kita bersama sebagai masyarakat tentang nilai-nilai. 

Guru adalah pilar fondasi pendidikan, dan tindakan kekerasan terhadap mereka adalah serangan terhadap tiang-tiang tanggung jawab guru. 

Dengan mengubah pandangan dan perilaku kita terhadap pendidikan, kita dapat membangun lingkungan yang lebih aman dan bermartabat bagi para pendidik serta siswa.

Menghormati dan menghargai para pendidik adalah bagian dari budaya yang seharusnya tercermin dalam tindakan sehari-hari. 

Guru tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan mentalitas generasi. 

Ketika seorang guru diserang atau direndahkan, pesan yang disampaikan adalah bahwa pendidikan dan pengorbanan mereka telah diabaikan, dilecehkan atau bahkan dihancurkan.

Menghadapi situasi ini, pertama-tama, perlu ada tindakan konkret untuk meningkatkan respons guru dalam mengatasi situasi konflik dan pendekatan yang lebih baik dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan siswa dan orangtua.

Lalu, media sosial juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mempromosikan penghargaan terhadap guru. 

Melalui kisah dan pengalaman inspiratif, serta pencapaian para pendidik dapat membangkitkan rasa hormat di antara generasi muda. Dengan menyoroti kontribusi para guru, kita dapat memperkuat citra guru dalam masyarakat.

Dalam mengubah pandangan kita terhadap pendidikan, kita sebenarnya sedang berinvestasi dalam masa depan. 

Pendidikan yang kuat adalah fondasi bagi kemajuan suatu bangsa, dan para guru adalah arsitek utama pembangunannya. 

Kita semua memiliki peran dalam melindungi dan menghormati para pendidik. Dengan menggalang dukungan kolektif dalam memupuk budaya penghargaan terhadap pendidik.

Guru juga manusia, punya rasa punya hati, bukan seperti robot yang tak punya harga diri....

Contoh kekerasan pada pendidik. Guru Zaharman di Rejang Lebong, Bengkulu, bola matanya hancur karena dikatapel orangtua murid. (KOMPAS.com/Firmansyah)
Contoh kekerasan pada pendidik. Guru Zaharman di Rejang Lebong, Bengkulu, bola matanya hancur karena dikatapel orangtua murid. (KOMPAS.com/Firmansyah)

Mendidik generasi saat ini adalah hal yang membahayakan?

Di tengah laju perkembangan teknologi, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang dibanjiri informasi dari berbagai sumber. 

Media sosial dan konten digital membuka akses ke dunia yang begitu luas, tetapi juga membawa tantangan mendalam bagi pendidikan karakter dan moral.

Peran guru saat ini tidak hanya mencakup pengetahuan akademis, tetapi juga membentuk watak generasi digital. 

Pengaruh teknologi telah meresapi kehidupan sehari-hari anak-anak kita, telah mempengaruhi pandangan terhadap norma-norma dan etika. 

Namun, tantangan yang lebih dalam adalah terkait pengaruh lingkungan dan pergaulan. 

Siswa sering terpapar pengaruh dunia luar yang kadang berbeda dengan nilai-nilai yang diajarkan di sekolah. 

Pergaulan di dunia maya dan dunia nyata yang kontradiktif bisa memberi dampak signifikan pada perkembangan karakter mereka. 

Menjadi tugas guru untuk menciptakan lingkungan yang terbuka dan kritis tentang moralitas dan etika dapat terjadi dan didiskusikan bersama. 

Nah, tantangan terbesar mungkin terletak pada peran orangtua. Di tengah kesibukan, kehadiran fisik sering kali tidak sebanding dengan kehadiran emosional yang diperlukan untuk membimbing anak-anak di era digital. 

Orangtua perlu memainkan peran penting dalam mengawasi dan membantu anak-anak mereka memahami segala konsekuensi dari tindakan mereka. 

Butuh dedikasi dan kerja keras dari semua pihak terlibat. Guru harus menjadi pemandu, pembimbing, dan contoh nyata bagi siswa mereka, sementara orangtua perlu mengalihkan perhatian mereka dari rutinitas sehari-hari untuk terlibat dalam pembentukan karakter anak-anak mereka. 

Pendidikan karakter dalam era disrupsi ini bukanlah tantangan yang bisa diabaikan, tetapi juga peluang untuk membentuk generasi yang cerdas dalam bidang teknologi dan teguh dalam moralitas.

Wahai, orangtua! mari dukung fungsi dan peran guru mendidik generasi

Dalam medan pendidikan yang penuh tantangan, peran guru bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi juga panggilan jiwa. 

Menjadi seorang guru berarti memegang amanah besar untuk membentuk karakter dan moral generasi. 

Demi mencapai tujuan ini, tanggung jawab juga harus dipikul oleh orangtua sebagai mitra dalam proses pendidikan. 

Ini adalah kisah tentang kolaborasi dan kerjasama yang tak terpisahkan antara guru dan orangtua.

Saat kita menuntut prestasi dari sistem pendidikan, seringkali kita lupa bahwa tujuan sejati pendidikan melebihi angka/nilai di lembaran rapor. 

Peran guru ini tidak boleh berdiri sendiri. Orangtua memiliki peran penting dalam menguatkan nilai-nilai dasar tersebut di rumah. 

Orangtua adalah contoh pertama dan utama dalam kehidupan anak-anak, dan kerangka nilai yang diajarkan di rumah akan membentuk dasar bagi pendidikan lebih lanjut.

Sejatinya, kita seharusnya tidak hanya menuntut prestasi dari sekolah, tetapi juga memberikan dukungan dan penghargaan terhadap peran guru. 

Percayalah bahwa tidak ada seorangpun guru yang tidak peduli atau sayang kepada anak didiknya. 

Meskipun mungkin cara dan pendekatan dalam mendidik bisa berbeda-beda dari masing-masing guru, tapi tujuannya adalah yang sama yakni menciptakan generasi yang bermoral, berakhlak mulia, dan berkontribusi positif bagi masyarakat. 

Keyakinan ini menjadi dasar kuat bagi guru dalam upaya mereka mendidik dengan sepenuh hati.

Berita tentang kekerasan dan intimidasi terhadap guru mengingatkan kita akan urgensi perlindungan dan penghargaan terhadap mereka. 

Dalam menghadapi tuntutan masyarakat, para guru juga perlu merasa didukung dan dihormati, sehingga mereka dapat memberikan yang terbaik dalam mendidik generasi penerus.

Untuk itu, dukunglah peran guru dalam mendidik seutuhnya untuk menjalankan perannya secara optimal. 

Jangan sampai kejadian kekerasan dan berbagai tindakan intimidasi terjadi pada guru. 

Demi keberkahan kehidupan anak bangsa dan kemajuan pendidikan yang beradab dan berperikemanusiaan.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun