Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

4 Keunggulan Guru Gen Z Bisa Menjadikannya "Guru Penggerak"

27 Februari 2023   11:58 Diperbarui: 4 Maret 2023   13:07 2648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru-guru Gugus Teratai Tanjung Selor mempresentasikan hasil analisis masalah pembelajaran dalam sesi pelatihan. (DOK. DISDIKBUD BULUNGAN, KALTARA)

Saat ini, sepertinya dunia semakin banyak diisi oleh para Gen Z, terlebih eksistensinya semakin mencolok lantaran pesatnya perkembangan dunia teknologi dan informasi berbasis gadget atau gawai yang canggih. 

Bahkan, para Gen Z jelas tak akan gentar bila hendak memasuki era baru ala artificial intelligence seperti yang kira rasakan sekarang ini.

Gen Z atau Generasi Z, adalah kelompok manusia yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Generasi ini disebut juga sebagai "Post-Millennials" (generasi yang lahir sesudah generasi Y).

Gen Z tumbuh dan berkembang di era digital dan teknologi, sehingga mereka memiliki pengalaman dan pandangan hidup yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka terbiasa dengan teknologi, media sosial, dan informasi yang mudah diakses di internet. Karena itu, mereka cenderung lebih terbuka dan inklusif terhadap perbedaan, serta lebih menghargai kemajuan sosial dan lingkungan. 

Gen Z dianggap lebih suka bekerja di tempat atau lingkungan kerja yang membuat mereka bisa menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri. 

Itu artinya, bukan berarti Gen Z hanya memilih bekerja di perusahaan, melainkan banyak pula yang memilih bekerja di institusi dan atau lembaga pendidikan.

Bagi Gen Z yang memilih untuk bekerja di dunia pendidikan, pilihan tersebut adalah sebuah karir yang sesuai dengan passion mereka. passion yang berlandaskan keinginan untuk berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan membantu siswa untuk mencapai potensi maksimalnya. 

Jadi, Gen Z yang bekerja di instansi pendidikan adalah merupakan sebuah panggilan jiwa. Mereka ingin membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan menginspirasi siswa untuk belajar lebih baik.

Banyak Gen Z yang tertarik bekerja di dunia pendidikan karena ingin mengajar dan berbagi pengetahuan serta pengalaman mereka kepada siswa. Bagi mereka yang memiliki kecakapan mengajar atau pengalaman mengajar sebelumnya ---terutama yang lulus sarjana di bidang pendidikan--- pekerjaan di bidang pendidikan adalah pilihan yang cocok.

Ilustrasi Gen Z di dunia pendidkan. (sumber: acerforeducation.id)
Ilustrasi Gen Z di dunia pendidkan. (sumber: acerforeducation.id)

Instansi pendidikan, khususnya sekolah, seringkali memiliki lingkungan kerja yang menyenangkan dan ramah, serta memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa, rekan sejawat (guru dan kepala sekolah) serta segenap warga sekolah, termasuk dengan wali murid hingga stakeholder.

Di sekolah tempat saya mengajar saat ini, saya menemukan ada beberapa orang guru Gen Z yang masih sangat muda-muda. Hal itu dikarenakan semenjak lulus kuliah dan memperoleh gelar sarjana pendidikan maka mereka langsung melamar di instansi pendidikan/sekolah.

Saya sebagai Gen Y atau millennials ---kelahiran 1981-1996 dan berusia antara 25-40 tahun pada 2022--- memiliki beberapa catatan tentang bagaimana cara atau pola kerja rekan guru Gen Z ini dari hasil interaksi dan keterlibatan dalam urusan pekerjaan selama ini.

Sebagai sebuah generasi yang terlahir di era digital, Gen Z memiliki pendekatan yang berbeda dalam berinteraksi dengan rekan guru lintas usia. Selain Gen Y, di sekolah kami juga ada rekan kerja yang sudah dikategorikan Gen X dan Baby Boomers.

Melansir Kompas.com menurut Beresfod Research, Gen X adalah kelahiran 1965-1980 dan berusia antara 41-56 tahun pada 2021, sedangkan Baby Boomers kelahiran 1946-1964 dan berusia antara 57-75 tahun pada 2021. Para Baby Boomers ini adalah para guru yang sudah di penghujung masa pengabdian atau yang sebentar lagi akan purnabakti. 

Sesuai pengamatan saya di lapangan, guru gen z banyak yang menjadi "andalan" dari guru-guru yang Gen X dan Baby Boomers terutama dalam hal pekerjaan yang bersentuhan dengan masalah teknologi seperti komputer bahkan dalam pengoperasian smartphone terkait beberapa fitur yang membuat mereka kebingungan (baca: gagap).

Namun, tidak untuk Gen Y yang masih ramah terhadap perkembangan teknologi sehingga guru gen y tidak gaptek (baca: gagap teknologi). 

Sebagai Gen Y, saya bersama Gen zZseringkali dimintai bantuan untuk mengurusi administrasi rekan guru maupun urusan sekolah yang berhubungan dengan penggunaan dan atau penerapan teknologi. seperti menginput, mengolah informasi dalam bentuk digital, mengirim data, nge-print, hingga pembuatan laporan dalam bentuk soft file.

Meskipun begitu, kami (baca: para Gen Y dan Gen Z) tetap ramah dan siap sedia memberikan bantuan kepada rekan guru yang memang bisa dibilang gaptek dan kasihan jika tidak diberikan bantuan atau pengarahan sama sekali.

Ketika guru Gen Z berkolaborasi membahas rekomentasi dari Rapor Pendidikan pada beberapa waktu yang lalu. (foto Akbar Pitopang)
Ketika guru Gen Z berkolaborasi membahas rekomentasi dari Rapor Pendidikan pada beberapa waktu yang lalu. (foto Akbar Pitopang)

Keunggulan dibawah ini jelas dimiliki oleh para Gen Z yang membuat mereka mampu berdaya guna dalam budaya kerja memajukan dunia pendidikan.

1. Fleksibilitas terhadap kemajuan teknologi. 

Gen Z adalah generasi yang tumbuh dan berkembang dalam dunia yang telah dipenuhi segala kemajuan di bidang teknologi. Lantas, teknologi sudah menjadi bagian gaya hidup dari kehidupan sehari-hari mereka. Oleh sebab itu, maka penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran menjadi hal yang sangat penting dan mudah untuk mereka terapkan begitu saja tanpa kendala berarti. 

Para Gen Z juga lebih prefer untuk memilih jadwal belajar yang fleksibel. Mereka lebih suka belajar dimana saja atau di tempat-tempat yang nyaman dan memiliki waktu yang fleksibel dengan memanfaatkan perangkat yang terhubung ke jaringan internet misalnya.

2. Mampu belajar mandiri namun tetap suka berkolaborasi. 

Gen Z cenderung mampu mengambil inisiatif dalam proses belajar dan siap bila belajar secara mandiri. Tak masalah bagi mereka bila memilih mencari informasi sendiri melalui internet atau sumber-sumber lainnya sehingga pengetahuan dan wawasan yang berbau kekinian menjadi lebih luas. 

Sementara itu, Gen Z juga tidak menutup diri dan bisa diajak untuk berkolaborasi. Menurut pengamatan saya di sekolah, bahwa Gen Z cenderung mampu dan siap bekerja dalam kelompok dengan mengadopsi pendekatan kolaboratif dalam belajar bersama sehingga sering diandalkan oleh rekan lainnya.

3. Bisa memanfaatkan beragam sumber daya sebagai makna dari semangat belajar. 

Gen Z sangat menghargai sumber daya yang beragam, seperti buku (atau bisa juga dalam bentuk e-book), video, podcast, hingga artikel di internet untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan. Sehingga tidak ada menyerah dan malas untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. 

Disamping itu, Gen Z lebih tertarik untuk memahami makna dari setiap pelajaran atau informasi yang mereka terima agar tidak menjadi informasi yang keliru (hoax). Lalu, mereka terus belajar tentang bagaimana informasi tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan mereka dan memperkaya wawasan untuk disebarluaskan menjadi inspirasi bagi rekan guru dan siswa tentunya.

4. Cekatan dan siap diandalkan.  

Walaupun sebenarnya multitasking/ dapat diandalkan dalam kondisi tertentu ini tidak baik bila dilakukan dalam intensitas yang tinggi atau terlalu sering, namun guru Gen Z mampu melakukan beberapa hal secara bersamaan apabila berada dalam keadaan darurat atau unconditionally. Sehingga mereka bisa saja meng-handle lebih banyak tugas dan siap melaksanakan berbagai aktivitas di luar kelas atau ketika jam mengajar di sekolah telah usai. 

Misalkan untuk mengikuti webinar, worksop dan berbagai pelatihan lainnya yang bisa diikuti dimana saja dengan adanya bantuan internet dan teknologi informasi. Setelah mengikuti kegiatan tersebut maka ilmu dan pengalamannya dapat dibagikan kepada rekan guru.

Ilustrasi Guru Gen Z membuat video pembelajaran dan mengajar siswa secara daring. (Sumber: Acer for education)
Ilustrasi Guru Gen Z membuat video pembelajaran dan mengajar siswa secara daring. (Sumber: Acer for education)

Dalam rangka memfasilitasi cara bekerja, kompetensi dan kapasitas diri seorang Gen Z dalam dunia pendidikan, maka institusi pendidikan hendaklah dapat menggunakan atau mengaplikasukan teknologi yang sesuai, memberikan fleksibilitas dalam penerapan jadwal belajar, serta selalu menciptakan lingkungan belajar (baca: sekolah) yang kreatif dan kolaboratif.

Bekerja di instansi pendidikan, memang tetap menarik bagi para Gen Z karena bisa bekerja dengan passion-nya dan memiliki waktu libur yang fleksibel. 

Selain itu, instansi pendidikan biasanya memberikan kesempatan bagi para guru untuk mengembangkan karir mereka, baik melalui pelatihan dan sertifikasi, maupun melalui promosi ke posisi yang lebih tinggi seperti menjadi Kepala Sekolah atau kesempatan mengikuti penghargaan Guru Berprestasi.

Hal itu dapat menjadi alasan mengapa Gen Z tertarik menjadi seorang guru atau tenaga pendidik untuk bekerja di dunia pendidikan sebagai bagian dari dedikasi dan pengabdian. Plusnya adalah, menjadi guru adalah pekerjaan mulia dengan harapan balasan yang dari Allah SWT di akhirat kelak. 

Salut kepada para Gen Z yang mendedikasikan diri untuk membawa perubahan dan memajukan dunia pendidikan yang harus bersiap menyongsong era kecerdasan buatan.

Gen Z berkolaborasi dengan guru senior, Kepala Sekolah bahkan dengan Pengawas Sekolah untuk kemajuan dunia pendidikan. (foto Akbar Pitopang)
Gen Z berkolaborasi dengan guru senior, Kepala Sekolah bahkan dengan Pengawas Sekolah untuk kemajuan dunia pendidikan. (foto Akbar Pitopang)

Pentingnya Gen Z berkolaborasi dan semangat kebersamaan demi memajukan dunia pendidikan

Fleksibilitas yang dimiliki oleh para Gen Z menjadi keunggulan bagi mereka untuk mampu berkolaborasi dan diajak bekerja sama untuk menjadi pribadi yang mampu mencari solusi dan membawa perubahan positif dalam budaya kerja ala dunia pendidikan.

Namun, Gen Z juga dianggap sebagai generasi yang gampang merasa cemas, stres hingga overthinking terutama karena tekanan akademik dan tekanan dari lingkungan sekitar seperti dari karena streotip yang bekembang di masyarakat hingga tekanan yang mereka terima dari media sosial karena laju penyebaran informasi yang tak terbatas.

Agar sisi emosional dari para guru Gen Z ini dapat terkontrol dan dikelola dengan baik, maka mereka hendaknya harus selalu dibimbing oleh para guru senior dan dilibatkan dalam berbagai hal penting untuk memperkaya wawasan dan pengalaman dalam mengajar siswa.

Meskipun guru senior banyak yang gagap dari segi penguasaan teknologi pembelajaran, namun guru senior tetap unggul dari segi kekayaan pengalaman yang berharga yang menjadi bekal penting dalam mengajar dan melaksanakan tupoksi sebagai seorang pendidik.

Dalam dunia pendidikan bisa saja terjadi guru melakukan pola kerjasama yang dipengaruhi konsep simbiosis mutualisme sebagai bentuk memberikan dukungan satu sama lain.

Para Gen Z akan memberikan bantuan kepada guru senior untuk menggunakan teknologi, sedangkan guru senior akan memberikan timbal balik dengan cara sharing pengalaman berharga tentang berbagai hal penting untuk menyukseskan para Gen Z melakukan tugas mulia: yakni mengajar, mendidik, membimbing dan membina seluruh peserta didik.

Alhamdulillah, di sekolah kami masih berkembang pola kerjasama yang baik antara guru senior dengan guru Gen Z. Karena di beberapa sekolah, ada guru-gurunya yang berjalan sendiri-sendiri tanpa menjunjung tinggi semangat kebersamaan hingga berujung guru senior yang harus pensiun lebih awal. 

Sebagaimana yang pernah saya ulas dan silahkan disimak: "Guru Senior Pensiun Dini karena Gaptek, Ini 7 Cara Mengatasinya".

Demikianlah pola dan cara bekerja para Gen Z di lingkungan kerja saat ini khususnya di lingkungan instansi pendidikan/sekolah. Semangatnya yang masih "fresh" membuat para guru Gen Z ini bisa menjadi guru yang membawa perubahan positif dan menggerakkan rekan guru lainnya untuk berubah dan bertransformasi menjadi sosok pendidik yang unggul.

Semoga informasi menambah pengetahuan kita tentang bagaimana guru Gen Z menikmati dan menjalani pekerjaan dan tugas mulia dalam mengajar di sekolah sebagai sebuah profesi pekerjaan yang menyenangkan dengan berbagai peluang yang tetap mesti diperjuangkan.

Baca juga: 1 2

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun