Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

7 Cara Ideal Menepis "Hate & Love Relationship" dalam Dinamika Hidup Bertetangga

15 Oktober 2022   11:03 Diperbarui: 21 Oktober 2022   19:45 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup bertetangga. (Dok. SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

Hidup bertetangga adalah sebuah keniscayaan dan tidak bisa dipisahkan dalam kita menjalani roda kehidupan di dunia ini.

Sebagai makhluk sosial (zoon politicon), semua orang akan membutuhkan orang lain terutama tetangga yang senantiasa bersentuhan langsung dengan kita setiap harinya.

Tidak hanya bagi masyarajat yang tinggal di pedesaan, masyarakat yang memilih hidup merantau di perkotaan juga sangat perlu menjaga hubungan baik dalam kehidupan bertetangga.

Apalagi di perantauan dengan kondisi yang hidup berjauhan dengan keluarga atau sanak saudara yang ada di kampung. Oleh sebab itulah pentingnya menjaga hubungan baik dalam bertetangga bagi para perantau.

Dimanapun kita tinggal dan bergabung dalam kehidupan bermasyarakat, hendaklah kita memposisikan tetangga layaknya saudara sendiri.


Karena apapun yang terjadi pada diri atau keluarga kita, maka tetangga lah orang yang akan pertama kali mengetahuinya. apalagi ketika menyangkut kemalangan, maka tetangga lah orang yang pertama kali akan membantu mengurusi segala sesuatunya.

Maka sejatinya dalam hidup bertetangga kita harus membangun rasa sayang dan saling peduli (spread love). bukan sebaliknya ketika dalam hidup bertetangga kita malah saling benci karena iri, dengki, pamer, menggunjing dan berbagai penyakit hati lainnya (hate speech) tentu akan merugikan kita satu sama lainnya.

Sebagai golongan perantau, penulis menyadari betul betapa penting dan berharganya menjaga hubungan baik dalam hidup bertetangga.

Walaupun masyarakat yang hidup di perantauan lebih cenderung individualis, tapi hendaknya dalam bertetangga kita harus bisa bersikap idealis demi kebaikan bersama.

Sudah hampir 2 tahun penulis tinggal di rumah yang saat ini kami tempati bersama keluarga kecil tercinta.

Sebagai orang baru di lingkungan perumahan tersebut, kami selalu senantiasa menjalin keakraban dengan warga sekitar.

Terutama kepada tetangga yang berada di sekeliling rumah kami. mereka termasuk orang-orang yang sangat berjasa layaknya keluarga sendiri.

Apalagi saat ini kami sedang punya anak yang masih sangat kecil, sedangkan sebagai suami-istri kami sama-sama bekerja.

Akhirnya dalam kondisi tertentu kami meminta bantuan kepada tetangga untuk menitipkan anak sementara waktu sambil menunggu saya atau istri pulang dari tempat kerja.

Itu hanya contoh sederhananya saja dari berbagai bentuk kebaikan tetangga yang kami terima sejauh ini.

Karena begitu pentingnya menjaga hubungan baik dalam hidup bertetangga di perantauan. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan sesuai dengan pengamalan penulis.

1. Hindari rasa pelit untuk saling berbagi.

Sikap saling berbagi sangat dibutuhkan dalam menjalin kehidupan bertetangga. ada banyak hal yang bisa kita bagikan kepada tetangga. 

Ketika tetangga suka memberi atau berbagi sesuatu maka hendaklah kita juga melakukan hal yang sama ketika ada waktu dan kesempatan.

Tapi rumus dalam berbagi ini adalah dilakukan secara ikhlas dan tidak mengharapkan balasan.

Karena banyak orang diluar sana yang tidak tulus dalam memberi sesuatu kepada tetangga. buktinya mereka ketika memberi, tapi malah berharap tetangga juga ikut memberi. Kalau prinsip seperti itu yang dijadikan pegangan, itu namanya bukan memberi melainkan ganti rugi.

Sapu itu sengaja kami gantung disana agar ketika tetangga membutuhkannya maka bisa langsung dimanfaatkan (foto: Akbar Pitopang)
Sapu itu sengaja kami gantung disana agar ketika tetangga membutuhkannya maka bisa langsung dimanfaatkan (foto: Akbar Pitopang)

2. Bersedia meminjamkan barang dan mengembalikannya.

Ketika tetangga meminjam sesuatu barang yang diperlukannya maka hendaklah kita mau meminjamkan. 

Janganlah kita terkesan menyembunyikan dan seolah-olah tidak mau meminjamkannya kepada tetangga.

Karena bisa saja suatu saat tetangga mengetahui dengan sendirinya bahwa anda punya barang yang dulu hendak dipinjam tetangga.

Pada akhirnya tetangga akan kehilangan rasa kepercayaan atau ilfeel kepada anda. sehingga akan menciptakan perasaan hate antara anda dengan tetangga.

3. Bersikap amanah dan menghargai kepercayaan dalam berhutang.

Yang namanya hidup di dunia ini kita semua tidak akan lepas dari yang namanya berhutang. ketika kita dalam keadaan tertentu mengharuskan kita terpaksa berhutang, sebenarnya hal itu wajar dan sah-sah saja. asalkan kita bersikap amanah dan tidak terkesan melupakan ketika berhutang kepada tetangga.

Jika memang kita belum bisa mengembalikan hutang ketika sudah jatuh tempo, hendaklah menyampaikannya secara berterus terang kepada tetangga.

Pada suatu ketika, tetangga kami meminjam uang lantaran suami sedang keluar kota karena ada job yang harus dikerjakan.

Tetangga kami tersebut berjanji akan membayarnya ketika suaminya sudah kembali.

Tak lama setelah suaminya kembali, tetangga tersebut memang melakukan apa yang disampaikannya dengan langsung mengembalikan uang yang dipinjamkan kepadanya.

ada kalanya kita berbagi dan ada kalanya pula kita berhutang. 

Ketika kita punya tetangga yang baik hatinya dan suka berbagi, maka janganlah kita memanfaatkan kesempatan untuk berhutang tapi mengharapkan hutang tersebut direlakan untuk tidak dikembalikan.

Hutang is hutang, wajib hukumnya untuk dikembalikan. 

Percayalah bahwa tetangga yang saling peduli akan mengetahui keadaan satu sama lain ketika ada tetangganya yang butuh uluran tangan maupun bantuan.

4. Memberdayakan tetangga.

Untuk menciptakan rasa saling tolong menolong antar sesama tetangga maka bisa dilakukan dengan memberdayakan tetangga.

Maksudnya adalah kita bisa menggunakan jasa dari tetangga untuk suatu hal yang menyangkut profesi dan keahliannya.

Seperti contohnya tetangga kami sendiri yang bekerja sebagai tukang las. sehingga ketika kami membutuhkan teralis untuk pintu dan jendela rumah, kami meminta tetangga yang membuatkannya.

Dengan cara seperti itu maka tetangga akan merasa dihargai. niat kita memang untuk membantunya tapi kita tunjukkan dengan cara lain yang elegan dan berkelas.

Dalam hal lain yang yang sekiranya membutuhkan kompetensi atau keahlian tetangga untuk mengerjakan sesuatu yang kita perlukan, hendaklah kita tidak menghargainya dengan hanya mengucapkan terima kasih.

Hargainya profesinya dengan memberikan sejumlah uang sebagai hal yang wajar dalam dunia kerja dan perhargaan kepada sebuah profesi.

5. Tidak mencampuri urusan tetangga. 

Nah, untuk poin nomor 5 ini sepertinya sangat riskan sekali. dimana kebanyakan diantara para tetangga adalah memang suka mengurusi atau ikut campur urusan tetangga.

Jika sumbangsih kita tidak dibutuhkan tetangga berarti mereka bisa menyelesaikan masalahnya secara mandiri.

Oleh sebab itu tidak etis bagi kita untuk ikut mengurusi segala urusan atau masalah yang dihadapi tetangga.

Walaupun mungkin sebenarnya niat kita baik karena kita ingin memberikan bantuan dan kepedulian, tapi kita harus paham situasi dan kondisi.

Adakalanya sebuah masalah dianggap sebagai sebuah privasi sehingga tidak patut dicampuri oleh tetangga.

Kejadian pada saat pompa air tetangga rusak sehingga saling bantu dengan menyediakan air bersih bagi tetangga (foto: Akbar Pitopang)
Kejadian pada saat pompa air tetangga rusak sehingga saling bantu dengan menyediakan air bersih bagi tetangga (foto: Akbar Pitopang)

6. Menciptakan rasa nyaman, aman dan tenteram antar tetangga.

Untuk menciptakan hal yang dimaksud maka dibutuhkan rasa saling menghormati tetangga yang bisa dilakukan dengan cara tidak mengganggu tetangga.

Walaupun misalnya kita sudah menyetel lagu sambil karaoke, jangan pula kita menaikkan volume terlalu tinggi karena akan menimbulkan kebisingan dan tetangga pasti akan merasa terganggu.

Kita harus sadar diri walaupun kita merasa berhak untuk melakukan hal tersebut.

Terkadang, ketika tetangga hanya diam dan menyampaikan rasa komplain kepada kita, bukan berarti semua itu baik-baik saja.

Oleh sebab itu, sebisa dan semampunya kita harus berupaya menciptakan rasa nyaman, aman dan tentram dalam kehidupan bertetangga. 

7. Saling mendoakan kebaikan sesama tetangga.

Sebagai sesama ciptaan Tuhan yang Maha Esa, sudah sepantasnya bagi para tetangga untuk saling mendoakan dalam kebaikan.

Ketika ada tetangga yang hidupnya masih serba kekurangan maka kita doakan agar kehidupannya berubah menjadi lebih mudah.

Begitu pula ketika ada tetangga kita yang mendapatkan anugerah dan kenikmatan seperti dalam bentuk prestasi dan penghargaan, maka kita doakan semoga diberi keberkahan agar dapat memberikan kebermanfaatan kepada sesama.

Ada anak tetangga yang mau mendaftar jadi anggota TNI atau mau masuk perguruan tinggi misalnya, maka doakanlah dengan tulus. 

Doa yang baik untuk tetangga, akan mendatangkan kebaikan pula bagi yang mau mendoakan dengan tulus dan ikhlas.

Demikianlah beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam hidup bertetangga dimanapun kita berada, baik ketika tinggal di desa apalagi ketika menetap di perkotaan.

Sekali lagi, tetangga ibaratnya seperti saudara.

Dalam ajaran islam sendiri, posisi hubungan dengan tetangga pun dijelaskan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidup bertetangga.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah An-Nisa ayat 36, “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”.

Jika sudah terbiasa hidup secara wajar dalam kehidupan bertetangga, maka dimanapun kita memutuskan untuk tinggal dan menetap maka hidup kita akan terasa hikmat dan bersahaja.

Sebuah peradaban ditentukan oleh bagaimana masyarakatnya menjalin dan menjalani kehidupan bertetangga.

*****

Salam berbagi dan menginspirasi.

Akbar Pitopang untuk Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun