"Menulis bukan hanya mengisi waktu luang, tetapi juga menjadi cara untuk menyimpan sejarah, menjaga ilmu, dan membagikan gagasan." Akbar Aridani Setiawan
DIAWAL aku menulis artikel, sebenarnya bukan karena kemauan sendiri, melainkan lantaran dorongan orang tua. Mulanya orang tuaku kerap melihatku hanya berdiam diri di rumah sesaat setelah aku menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada awal Juni 2025.
Waktu itu, hari-hariku lebih banyak diisi dengan bermain games  atau melakukan hal-hal kecil yang sebenarnya tidak terlalu penting. Melihat kebiasaanku itu, orang tuaku menyarankan agar aku mencoba menulis untuk mengisi waktu luang. Selanjutnya aku diajarkan cara membuat akun kompasiana sebagai debutan pada 25 Juni 2025.
Jujur saja, awalnya aku merasa menulis adalah hal yang membosankan. Aku lebih suka menyimpan semua tanggapan atau pikiran di kepala tanpa pernah benar-benar mengeluarkannya. Aku tipe orang yang sulit berbicara langsung, apalagi jika harus mengungkapkan sesuatu secara lisan. Kata-kataku sering tidak teratur, bahkan membuatku canggung sendiri.
Namun setelah kupikir-pikir, menulis justru memberiku ruang. Aku punya waktu untuk menyusun kata dengan lebih rapi, memperhatikan apakah kalimatku tepat, dan mengatur alur pikiranku agar lebih jelas. Dari situ aku mulai sadar bahwa menulis sebenarnya banyak manfaatnya.
Walaupun awalnya terasa seperti paksaan, lambat laun aku mulai terbiasa. Perlahan, menulis membuatku lebih terbuka tentang isi pikiranku, meski bukan lewat ucapan melainkan lewat kata-kata yang kutuangkan dalam tulisan.
Setelah berkali-kali menulis artikel, aku sedikit sadar satu hal, bahwa pikiran manusia itu mudah sekali lupa. Hal-hal yang kemarin masih jelas di kepala, hari ini bisa saja sudah hilang begitu saja. Jika tidak dituliskan, ilmu atau pengalaman itu akan cepat lenyap. Mungkin suatu ketika, saat aku sudah lupa tentang apa yang kupikirkan dulu, aku tinggal membaca tulisanku yang lama.
Tak hanya itu, aku merasa dengan menulis aku bisa menambah ilmuku. Saat pertama menulis, aku bahkan tidak tahu apakah kata-kataku baku atau tidak. Aku terkadang menggunakan Artificial intelligence  (AI) untuk mengoreksi tulisanku sebelum dipublikasikan. Dari situ, aku jadi tahu mana yang benar. Mungkin itu salah satu manfaat AI dalam menulis.
Artikel yang kutulis kuunggah di sebuah platform digital bernama Kompasiana. Aku menulis di Kompasiana karena disarankan oleh orang tuaku. Selain itu, orang tuaku juga sudah lebih dulu aktif menulis artikel di Kompasiana. Dari situlah kemudian aku diarahkan untuk ikut menulis di Kompasiana.
Selama beberapa bulan menulis hingga hari ini aku sudah memposting 53 artikel di Kompasiana. Dari semua artikel yang aku posting 10 artikel diantaranya merupakan 'Pilihan Editor' dengan satu diantaranya terpilih jadi ARTIKEL UTAMA.