Mohon tunggu...
Akbar Zakiy Hidayatullah
Akbar Zakiy Hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Jakarta

suka olahraga, baca buku, dan mencari pengalaman baru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bentuk-Bentuk Dakwah dalam Perspektif Kontemporer

16 April 2025   23:07 Diperbarui: 16 April 2025   23:06 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dakwah merupakan kegiatan menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat dengan tujuan membimbing, mengarahkan, dan mengajak kepada kebaikan serta menjauhi kemungkaran. Dalam praktiknya, dakwah memiliki beragam bentuk yang disesuaikan dengan konteks, kebutuhan, dan perkembangan zaman. Secara umum, dakwah terbagi menjadi tiga bentuk utama: dakwah bil lisan, dakwah bil hal, dan dakwah bil qalam. Ketiga bentuk ini memiliki pendekatan, metode, dan karakteristik yang berbeda, namun tetap memiliki tujuan yang sama, yakni menyebarluaskan nilai-nilai Islam secara efektif dan efisien.

1. Dakwah Bil Lisan

Dakwah bil lisan adalah penyampaian ajaran Islam secara verbal atau lisan. Bentuk dakwah ini menitikberatkan pada kemampuan berbicara untuk menyampaikan pesan-pesan keislaman, khususnya dalam tiga aspek utama, yaitu akidah, ibadah, dan akhlak. Para pelaku dakwah bil lisan biasa disebut dai atau penceramah, yang umumnya menyampaikan pesan dakwah secara individual.

Secara tradisional, media yang digunakan dalam dakwah bil lisan adalah mimbar masjid, majelis taklim, atau panggung-panggung pengajian. Namun, dengan kemajuan teknologi, sarana dakwah ini turut mengalami perkembangan, merambah ke media seperti radio dan televisi, bahkan kini aktif di platform digital seperti YouTube, Instagram, dan Twitter. Media sosial menjadi lahan baru bagi dai dalam menjangkau khalayak yang lebih luas dengan pendekatan yang lebih interaktif dan modern.

Sasaran dari dakwah bil lisan atau yang dikenal juga sebagai mad’u, sangat beragam, mulai dari komunitas bapak-bapak, ibu-ibu, remaja, pelajar, mahasiswa, hingga kalangan profesional seperti karyawan kantoran. Metode dakwah ini umumnya menggunakan ceramah, namun sering pula dikombinasikan dengan diskusi agar lebih komunikatif dan partisipatif.

Pengaruh dakwah bil lisan sangat terasa di tengah masyarakat, karena pada dasarnya masyarakat Indonesia lebih terbiasa dengan budaya mendengar. Apalagi jika penyampainya memiliki kemampuan retorika yang baik, maka pesan dakwah dapat lebih menyentuh dan membekas di hati para pendengar. Tokoh legendaris seperti KH. Zainuddin MZ dikenal luas karena kepiawaiannya dalam menyampaikan dakwah melalui pidato yang menggugah.

2. Dakwah Bil Hal

Berbeda dari dakwah bil lisan yang bersifat verbal, dakwah bil hal lebih menekankan pada tindakan nyata. Dakwah ini dilakukan dengan menunjukkan keteladanan melalui perbuatan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti bidang sosial, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dakwah bil hal dapat dilakukan secara individual maupun kolektif, dengan tujuan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.

Contoh sederhana dari dakwah bil hal adalah tindakan kecil namun bermakna, seperti menyingkirkan duri dari jalan, yang menunjukkan kepedulian terhadap keselamatan orang lain. Namun, terdapat pula bentuk dakwah bil hal yang lebih substansial, seperti membangun sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mendirikan rumah sakit untuk melayani kesehatan masyarakat, atau menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran.

Dakwah bil hal sangat berdampak karena hasilnya dapat dirasakan langsung oleh mad’u. Tindakan nyata seperti ini menyentuh aspek emosional dan kebutuhan dasar manusia, seperti memberi makan orang yang lapar, membuat orang sedih menjadi gembira, atau mengajarkan ilmu kepada mereka yang belum tahu. Oleh karena itu, pelaku dakwah bil hal dituntut untuk memiliki rasa empati dan kepedulian sosial yang tinggi.

Program-program seperti “Jumat Berkah” dan “Berbagi Takjil” di bulan Ramadhan merupakan contoh dari dakwah bil hal yang bersifat insidental. Meskipun demikian, bentuk dakwah bil hal yang bersifat permanen dan berkelanjutan sebenarnya jauh lebih dibutuhkan untuk menciptakan perubahan sosial yang signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun