Kita harus berani menyebut ini sebagai ketidakadilan struktural. Negara seharusnya hadir, memberi perlindungan bagi santri yang sejatinya adalah pelajar, bukan pekerja konstruksi. Pesantren juga perlu mengubah cara pandang: membangun bukan sekadar mengejar gedung berdiri cepat, tetapi memastikan keselamatan dan keberlangsungan hidup santri.
---
Harapan dan Seruan
Tiang kecil di atas harapan adalah metafora rapuhnya masa depan bila dibangun tanpa etika. Harapan generasi muda bisa runtuh jika pondasi pendidikan dicampur dengan kelalaian. Karena itu, kita perlu menegakkan tiga hal:
1. Etika kemanusiaan -- Santri adalah manusia, bukan tenaga kerja murah.
2. Standar keselamatan -- Pembangunan pesantren harus mengikuti regulasi teknis, melibatkan pekerja profesional.
3. Pengawasan publik -- Masyarakat dan pemerintah harus membuka mata, tidak boleh membiarkan tragedi ini terulang.
Puisi Esai ini bukan hanya serangkaian kata, melainkan cermin kegelisahan sosial. Ia ingin menggugah nurani: jangan ada lagi nyawa yang melayang hanya karena sebuah tiang kecil yang rapuh.
Pada akhirnya, kita semua punya tanggung jawab. Jika pesantren adalah pelita, maka tiang-tiang yang menopangnya harus kokoh oleh nilai kemanusiaan. Jangan biarkan pelita itu padam menjadi makam luka. Mari bangkit, bersuara, dan menjaga agar tiang kecil itu benar-benar menjadi tiang harapan---bukan tiang kematian.
Ahad Kliwon, 5 Oktober 2025
Akaha Taufan Aminudin
SATUPENA JAWA TIMUR
Catatan: