Mohon tunggu...
Akaha Taufan Aminudin
Akaha Taufan Aminudin Mohon Tunggu... Sastrawan

Koordinator Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aisyah Maurilia Adzkia; Bintang Muda di Langit Literasi Indonesia

24 September 2025   11:20 Diperbarui: 24 September 2025   11:20 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Akaha Taufan Aminudin Koordinator SATUPENA JAWA TIMUR INDONESIA 

Aisyah Maurilia Adzkia: Bintang Muda di Langit Literasi Indonesia

Oleh ; Akaha Taufan Aminudin

Dalam riuh rendah dunia literasi Indonesia, muncul sosok remaja berusia 15 tahun dari Kota Batu yang dengan kata-katanya berhasil menorehkan jejak di hati banyak pembaca. Aisyah Maurilia Adzkia, siswi MTs Hasyim Asy'ari, bukan sekadar seorang pelajar biasa. Dengan gairah membara terhadap membaca dan menulis, ia telah berhasil mengukir karya-karya puitis yang menyentuh, bahkan puisinya "Sosok Bunda" diadaptasi menjadi lagu. Artikel ini mengajak kita menelusuri perjalanan, karya, dan filosofi di balik nyala api literasi yang membakar semangat Aisyah.

Ketika banyak remaja menghabiskan waktunya dengan gadget dan media sosial, Aisyah Maurilia Adzkia justru menemukan dunia yang lebih luas melalui halaman-halaman buku dan baris-baris puisi. Ia adalah bukti hidup bahwa usia muda bukan halangan untuk berkarya, bahkan menembus ranah yang sering dianggap "dewasa" yakni literasi dan sastra.

Berkarya di usia 15 tahun bukan perkara mudah. Namun, Aisyah sudah membuktikan bahwa ketekunan dan cinta pada dunia literasi mampu melahirkan karya bernilai. Kumpulan ceritanya yang masuk dalam antologi seperti Mozaik Harapan, Meraih Mimpi, Sesal Tak Berujung, dan Yang Kusebut Keluarga menjadi saksi bisu bahwa gairah menulisnya bukan sebuah hobi remeh. Melainkan sebuah seni hidup---sebuah seni yang ingin ia bagi pada dunia.

Puisinya, "Sosok Bunda," menjadi semacam surat terbuka bagi banyak orang, mengingatkan tentang sosok perempuan yang penuh kasih, pengorbanan, dan inspirasi. Bahwa dari kata-katanya pun Aisyah bisa menggugah hati orang lain hingga puisinya diangkat menjadi lagu. Ini bukan hanya pencapaian seni, tapi juga spirit yang mengalir dari generasi muda bahwa rasa cinta dan syukur bisa dituangkan ke dalam karya.

Jika kita menilik puisinya yang lain seperti "Api Merdeka" dan "Api Samudra", kita dapat melihat bahwa Aisyah bukan hanya berbicara tentang personal atau keluarga, melainkan juga soal keberanian, perjuangan, dan semangat tak pernah padam. Ia menulis dengan sentuhan metafora yang kuat; api dan samudra menjadi simbol yang mengajari kita untuk tahan banting dalam menghadapi kehidupan.

"Kemerdekaan bukan sekadar kata,
tapi napas bangsa yang harus dijaga."

Baris ini, dari puisi "Api Merdeka", adalah pengingat bahwa merdeka adalah sesuatu yang meninggi dan harus dipertahankan. Bukan sekadar dokumen sejarah, tapi sebuah warisan hidup yang terus dijaga dengan napas yang kita hembuskan sekarang---generasi penerus.

Dari pandangan yang lebih filosofis, karya Aisyah mengajarkan kita bahwa menulis dan membaca bukan cuma aktivitas pasif, tapi cerminan jiwa yang hidup, bernapas, dan mendobrak batas-batas pikiran. Dalam karyanya, pembaca diajak meresapi kekuatan yang muncul dari setiap luka, kegagalan, dan harapan.

Tentu saja, keberhasilan Aisyah juga mencerminkan peran penting pendidikan dan komunitas. MTs Hasyim Asy'ari Kota Batu tak hanya mendidik, tetapi memberi ruang bagi bakat-literasi warga sekolahnya untuk berkembang. Dan lingkungan Kota Batu yang kaya dengan kearifan budaya turut menyemangati lahirnya karya-karya yang sarat dengan nilai budaya dan semangat perjuangan.

Mengapa kisah Aisyah layak kita bagikan dan diskusikan?
Karena ia adalah inspirasi nyata bagi kita semua, khususnya kaum muda, bahwa di balik segala tantangan zaman digital, semangat literasi dan kepekaan sosial tetap hidup. Membaca dan menulis bukan sekadar skill, melainkan cara berpikir yang membuka pintu pemahaman yang lebih luas.

Bagi para orang tua dan pendidik, kisah Aisyah menyodorkan sebuah pesan: mari kita lebih memberi ruang dan dukungan bagi kreativitas anak-anak kita. Siapa tahu, di tengah keramaian dunia yang penuh hiruk-pikuk ini, terdapat bintang-bintang muda seperti Aisyah yang kelak akan menerangi langit sastra negeri kita.

Penutup yang Menggugah
Dalam dunia yang cepat berubah dan seringkali penuh dengan kebisingan, kita membutuhkan Aisyah Maurilia Adzkia dan karya-karyanya sebagai suara yang menenangkan sekaligus menggelorakan. Mari kita lihat anak-anak muda seperti Aisyah bukan sebagai kesia-siaan masa remaja yang hanya bermain-main, tapi sebagai pionir literasi yang membuktikan bahwa dengan pena dan kata, dunia bisa menjadi tempat yang lebih indah dan penuh harapan.

Selamat membaca, dan mari kita dukung generasi muda untuk terus menulis, membaca, dan bermimpi!

Rabu Wage 24 September 2025
Akaha Taufan Aminudin
Sisir Gemilang Kampung Baru Literasi SIKAB Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR

Pegadaian MengEMASkan Indonesia 

MengEMASkan Indonesia 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun