Mohon tunggu...
Akaha Taufan Aminudin
Akaha Taufan Aminudin Mohon Tunggu... Sastrawan

Buku Puisi dua bahasa Inggris Indonesia adalah : \r\nBuku 1: Along Rocky Path, Tokyo (Sepanjang Jalan Batu Tokyo)\r\n\r\nBuku 2: Pay for Pain Flap the Flag (Membayar Derita Mengibarkan Bendera)\r\n\r\nBuku 3: The City Faces (Wajah-Wajah Kota)\r\n\r\nBuku 4: A Cup of Tea in Tokyo (Secangkir Teh di Tokyo)\r\n\r\nBuku 5: Move in Sakura (Aku Bergerak di Sakura)\r\n\r\nBuku 6: Wounds on Wounds (Luka di Atas Luka)\r\n\r\nhttp://www.amazon.co.uk/s/ref=nb_sb_noss?url=search-alias%3Daps&field-keywords=akaha+taufan+aminudin&x=11&y=21I \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Diary

Martinus Menulis Dunia Kecil yang tidak Kecil MengEMASkan Indonesia

10 September 2025   20:14 Diperbarui: 10 September 2025   20:14 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Dokumen SatuPena Jawa Timur 

Martinus Menulis Dunia Kecil yang Tidak Kecil. MengEMASkan Indonesia.

Oleh Gunoto Saparie

Martinus Dwianto Setyawan menulis cerita anak seperti orang menanam pohon di halaman sekolah yang senyap. Tak banyak yang memperhatikan saat batangnya masih kecil, tetapi kelak, di musim yang tepat, anak-anak akan bermain di bawah naungannya.

Ia tidak menulis untuk kemegahan. Tidak untuk kurator pameran atau seminar sastra. Ia menulis untuk mereka yang belum bisa mengeja kalimat utuh, tapi sudah bisa merasakan keajaiban kata. Anak-anak, yang sering kita lupakan sebagai pembaca. Atau lebih tepatnya, sebagai manusia yang juga berhak atas dunia yang penuh imajinasi dan makna.

Saya membayangkan Martinus seperti lelaki yang sabar menggunting kertas warna, membentuk burung, gunung, atau matahari dari kata-kata sederhana. Ceritanya tidak menggurui. Tidak mengandung doktrin. Tetapi diam-diam membentuk dunia; dunia di mana seorang anak bisa bertanya, dan mendapat jawaban yang tidak merendahkan rasa ingin tahunya.

Ia menulis dalam sunyi, barangkali seperti para penyulam yang tak dikenal, tetapi membuat taplak meja yang menghangatkan jamuan. Cerita-cerita Martinus, meski tak diterbitkan dalam riuh cetak ulang, beredar dari ruang kelas ke ruang kelas, dari perpustakaan kecil di kabupaten ke pelajaran membaca di sekolah dasar. Kadang ia hadir sebagai nama kecil di sudut buku pelajaran, lebih sering tanpa nama sama sekali.

Tetapi bukankah begitu cara beberapa orang bekerja untuk sastra? Mereka membiarkan namanya hilang, asal pesannya sampai.
Yang kita sebut "cerita anak" hari ini seringkali kehilangan anaknya. Ia menjadi proyek orang dewasa. Penuh pesan moral yang kaku, penuh ketakutan orang tua, dan miskin keberanian anak-anak untuk bermain-main. Martinus berbeda. Ia memberi tempat bagi anak-anak untuk menjadi anak-anak. Menjadi makhluk yang boleh heran pada pelangi, berteman dengan kucing yang bisa bicara, dan percaya bahwa kebaikan tidak harus selalu berupa nasihat.

Saya ingat sebuah ceritanya, tentang anak yang ingin memeluk bulan. Ia tidak sampai ke bulan, tentu. Namun malam itu ia naik ke atap rumah, dan bulan datang lebih dekat. Cerita itu selesai tanpa pelajaran. Tetapi bukankah kita belajar bahwa kadang, yang paling penting adalah keberanian untuk mencoba, bukan hasilnya?

Martinus Dwianto Setyawan telah menulis dunia kecil yang tak kecil. Dunia yang tak dianggap serius, tapi justru di sanalah kita bisa melihat manusia tanpa topeng. Ia menulis saat banyak sastrawan sibuk dengan ironi dan metafora. Ia menulis untuk dunia yang bersih dari sinisme.

Kini, ia telah tiada. Tetapi cerita-ceritanya masih hidup di rak-rak buku perpustakaan sekolah yang berdebu, atau di memori para guru yang membacakannya dengan suara lembut. Atau di kepala anak-anak yang membayangkan langit bisa dijangkau dengan tangga kayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun