Mohon tunggu...
Akaha Taufan Aminudin
Akaha Taufan Aminudin Mohon Tunggu... Sastrawan

Buku Puisi dua bahasa Inggris Indonesia adalah : \r\nBuku 1: Along Rocky Path, Tokyo (Sepanjang Jalan Batu Tokyo)\r\n\r\nBuku 2: Pay for Pain Flap the Flag (Membayar Derita Mengibarkan Bendera)\r\n\r\nBuku 3: The City Faces (Wajah-Wajah Kota)\r\n\r\nBuku 4: A Cup of Tea in Tokyo (Secangkir Teh di Tokyo)\r\n\r\nBuku 5: Move in Sakura (Aku Bergerak di Sakura)\r\n\r\nBuku 6: Wounds on Wounds (Luka di Atas Luka)\r\n\r\nhttp://www.amazon.co.uk/s/ref=nb_sb_noss?url=search-alias%3Daps&field-keywords=akaha+taufan+aminudin&x=11&y=21I \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Diary

"Jual Dirimu Sebelum Jual Ide" : Refleksi dari Daniel Maryanto Tentang Menulis dan Bertahan Hidup Lewat Kata MengEMASkan Indonesia

3 September 2025   11:53 Diperbarui: 3 September 2025   11:53 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Lalu, bagaimana "menjual diri" di dunia nyata? Pak Daniel memberikan contoh menarik: ketika diminta menjadi narasumber untuk Sekolah Tinggi Filsafat di Yogyakarta, bukan hanya keilmuan yang diobral, tetapi bagaimana menyampaikan gagasan sehingga terkesan sebagai "pakar" di mata pembeli jasa, bahkan orang asing yang tak berbahasa ibu.

Ini membuka mata kita untuk memahami bahwa menulis bukan sekadar berdiam di balik meja, tetapi juga sebuah perjalanan komunikasi dan negosiasi diri. Proposal tertulis, portofolio yang kuat, dan presentasi ide yang terstruktur menjadi senjata ampuh.

Jangan Remehkan Portofolio dan Perbanyak Jejakmu

Banyak yang bertanya, bagaimana cara membuat portofolio yang menarik? Pak Daniel mencontohkan pengalamannya dari menulis di berbagai media cetak sampai ikut lomba tingkat nasional. Semua jejak ini menguatkan kredibilitas dan membuka peluang baru, seperti mendapat kontrak penerbitan buku cerita rakyat sekaligus menjadi "pakar" sejarah Sukoharjo.

Poin pentingnya: jangan takut mengambil kesempatan bahkan yang menurut kita besar atau "memaksakan diri." Kalau sudah ada portofolio yang cukup, coba tawarkan kemampuan ke penerbit besar atau instansi pemerintah. Jangan lupa juga untuk menegosiasikan nilai pekerjaanmu---pakailah prinsip "ikan besar di kolam kecil" dengan menguasai daerah atau niche lokal terlebih dahulu.

Memikat Pembaca Masa Kini melalui Cerita Lama

Salah satu pertanyaan menarik datang dari generasi Gen-Z: bagaimana cara mengemas cerita sejarah atau wayang agar disenangi oleh anak muda sekarang yang lebih suka hal kekinian? Jawaban Pak Daniel cukup sederhana: membutuhkan dukungan instansi pendidikan dan lomba bercerita yang melibatkan cerita sejarah lokal sebagai materi wajib. Jadi, bukan hanya bertumpu pada tulisan saja, tapi juga bagaimana kita menggerakkan ekosistem menulis dan literasi.

Ini membuktikan bahwa menulis bukan "kerja sendirian" melainkan bagian dari komunitas besar yang saling menopang demi membangkitkan daya tarik dan relevansi karya.

 

Penulis: Melampaui Kata-kata Maka Mulailah "Menjual Dirimu"!

Kisah Pak Daniel mengajarkan kita bahwa menjadi penulis adalah profesi yang penuh seni dan strategi. Menulis bukanlah aktivitas mistik semata tentang inspirasi, tetapi sebuah seni berjualan ide dan diri dengan cara paling elegan: menegaskan keunikan, memperkuat spesialis, membangun portofolio, dan berani mengambil peluang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun