Yang, yang ini bagus loh
Yang. Kamu dimana.
yang, yang, yang, yang, yang, yang, yang...
Sejenak kalimat terakhir tadi terngiang-ngiang ketika aku sedang menyelesaikan tumpukan kertas  yang jumlahnya cukup banyak sehingga bila ingin melihat mejaku, kamu harus memanggil namaku terlebih dahulu sebanyak tiga kali.
"Woi, bos! Kok diem-diem bae? Ngopi ngapah ngopi." Kata salah seorang kawan di belakangku, membuatku sedikit tersadar dari suara "sayang" tadi.
"Ah, bukan apa-apa kok" Jawabku sedikit sok keren, padahal memang agak sedikit kelabakan.
"Gimana dong bos? Jadi ke kantin kan? Dah waktunya makan nih. Lapeeerrr...."
"Ya kan bisa berangkat sendiri. Â Ngapain mesti nungguin gue, coba? Lagian juga ini masih numpuk ini, numpuk." Keluhku karena tumpukkan kertas yang ada.
"Yaelah. Kan 'gak ada loe, gak rame'. Lagian kita ini dah lama sohiban..."
"Sohiban apa? Kemaren aja gue dikonci di kamar mandi selama 4 jam itu siapa lagi kalo bukan ulahmu?" Kataku sedikit ketus.
"Hee... Masih diingat-ingat segala ini bos satu. Ya maaf deh. Namanya juga ngira dah kosong melompong. Jadi ya..." Dia tidak bicara sepatah kata pun karena harus diakui waktu itu lampu ke kantor sudah dimatikan, dan waktu itu aku juga sudah sangat-sangat kebelet.