Mohon tunggu...
Galang Aji Prakoso
Galang Aji Prakoso Mohon Tunggu... Teknisi - impeesa

22 yo | journalist wanna be | aircraft technician | english enthusiast | travel addict

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Suku Baduy

14 Desember 2020   12:00 Diperbarui: 14 Desember 2020   12:10 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi/ Galang Aji Prakoso

Dalam keadaan yang sudah amat berantakan dan lelah tentunya akhirnya kelompok kami tiba di Kampung Cibeo , tempat kami menginap dan belajar nantinya . Kurang lebih pukul 18.00 dalam keadaan gerimis mesra, kami tiba di rumah ayah. Sebelum masuk rumah, kami dituntun ayah menuju sungai dekat rumah untuk sekedar bersih-bersih dan buang air .

Setelah dari sungai, kami kembali ke rumah ayah dan segera masuk. Hal pertama yang ku lakukan adalah berganti pakaian, mengambil wudhu dari air di tumbler, dan menjamak sholat . Setelah itu kami beristirahat, menyeduh kopi, duduk melingkar dan bercanda tawa sembari menunggu kelompok belakang tiba. 

Kami duduk melingkari sebuah lilin dan sajian dari ambu (istri ayah) . Sepertinya sudah tidak perlu dijelaskan bahwa disini, listrik adalah sebuah larangan. Kami berbincang, saling memperkenalkan diri satu sama lain (percaya atau tidak, tadi di jalur sudah ada yang pdkt tapi belum saling kenal namanya haha) . 

Obrolan kami hangaaaat sekali. Setiap apa yang terucap, pasti memancing  tawa. Tawa kami menghangatkan rumah ayah. Rumah sederhana yang terdiri dari dapur dan ruang utama tempat kami mengobrol dan tidur nanti. Tidak ada bagian yang dipaku, tidak ada teknologi, tidak ada perabot plastik. Sebuah kesederhanaan yang masih bertahan karena konsistensitas dan integritas. Mereka tidak butuh dunia luar, tapi dunia luar yang butuh mereka.

Menyeduh hangatnya kebersamaan dalam secangkir cerita 

Sekitar pukul 18.00 rombongan depan telah sampai di rumah Ayah. Rumah tradisional khas Baduy Dalam, yang tak kutemukan sematan paku ataupun semen yang menempel. Sejenis rumah panggung beratap daun aren yang disusun sana-sini dan pertemuan sudut-sudut kayunya diikat menggunakan tali berwarna hitam. 

Tidak ada sekatan-sekatan kamar, ruang tamu, dan sebagainya. Hanya sedikit disekat untuk menandakan batas dengan ruang dapur. Selebihnya  adalah ruang multi-fungsi yang biasa digunakan untuk makan, mengobrol, dan tidur. Kami berkumpul, duduk melingkari nyala api lilin yang remang-remang menyinari ruangan tersebut.

Sambil menikmati sajian yang disiapkan oleh Ambu (istri Pak Sapri) dan logistik yang kami bawa, kami merajut obrolan tentang perjalanan tadi. Ditengah-tengah obrolan yang renyah itu, aku ketahui siapa saja nama-nama kelompok depan yang membersamaiku sejak di pondokan tengah ladang tadi. 

Mereka adalah Tigor, Kang Jagat, Mumuf , Yoyo, dan Mia. Umur kami tidak terpaut terlalu jauh (kecuali Kang Jagat, anaknya sudah empat hahaha) sehingga obrolan kami bisa satu frekuensi. Ditambah lagi sebagian besar dari kami memiliki hobi yang sama, yaitu berpetualang. Kehidupan tunggang gunung di Kampung Cibeo amat sangat sunyi. 

Hampir tidak ada suara selain dari senda-gurau kami. Hanya suara gemericik gerimis yang jatuh pada bejana-bejana dan periuk milik warga yang sengaja ditaruh di beranda rumah sebagai tadah hujan. Kondisi diluarpun gelap-gulita, tidak ada binar cahaya apapun (mungkin karena hujan, jadi warga tidak menyalakan obor di depan rumah).  

Setelah agak lama, ada yang mendorong pintu secara tiba-tiba. Ternyata itu Kamong dan Ma'ang, anak ayah yang ikut kelompok belakang . Ketibaan Kamong dan Ma'ang menandakan kelompok belakang sudah hampir tiba. "Yang lain dimana jang?" Tanya Kang Jagat pada Kamong dan Ma'ang. "Masih agak jauh, kami lari . Di belakang ada yang kakinya keram" sahut Kamong. Bayangkan, dua anak kecil (Kamong  13 tahun, Ma'ang 9 tahun) berlari melewati hutan dalam keadaan gelap gulita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun