Selama menjadi Wakil Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta, Ahok sudah banyak membuat perubahan, mulai dari sistem birokrasi, maupun berbagai pembangunan diwilayah DKI Jakarta.
Gagasan adanya Moda Raya Terpadu  (Mass Rapid Transit), yang dikenal saat ini dengan MRT, digagas oleh Jokowi-Ahok, saat keduanya menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Itu salah satu gagasannya yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Sistem penganggaran berbasis digital elektronik yang mengubah sistem penganggaran manual yang rawan penyalahgunaan, menjadi sistem e-Budgeting.
Kalau seseorang yang tidak memiliki kapasitas kepemimpinan, tidak mungkin gagasan smart seperti itu bisa terlaksana. Reputasi Ahok dalam membangun DKI Jakarta tidak ada yang meragukan.
Ahok sudah memberikan standar yang tinggi dalam pengelolaan dan penyelenggaraan Pemerintahan di DKI Jakarta. Memang secara karakter Ahok terkesan temperamental, tapi karakter tersebut hanya ketika berhadapan dengan orang-orang yang secara attitude kurang baik.
Dalam sebuah birokrasi, baik di pemerintahan atau pun BUMN, memang dibutuhkan sosok yange tegas dan tidak mengenal kompromi. Ahok adalah orang yang dianggap tepat untuk membenahi birokrasi semacam itu.
Tapi tidak bisa dipungkiri, gebrakan yang akan dilakukan Ahok, jika seandainya dia benar-benar menjadi pejabat disalah satu BUMN, akan menimbulkan kegaduhan. Terutama dari orang-orang yang menjadi korban dari penertibannya.
Kembali kesoal Rizal Ramli, kita mengetahui kalau beliau pernah sukses memimpin tim ekonomi pada Pemerintahan Presiden Abdurachman Wahid atau Gus Dur, dan pernah menjadi  anggota tim panel penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tapi pada Pemerintahan Jokowi-JK, Rizal Ramli gagal membuktikan kehebatannya, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.Â
Apakah dengan mengkritisi Ahok tersebut Rizal Ramli ingin kembali mencari perhatian Jokowi, agar kembali dilibatkan dalam pemerintahan.? Wallahu'alam.