Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rizal Ramli "Kepret" Ahok dengan Kata Kelas Glodok?

20 November 2019   09:18 Diperbarui: 20 November 2019   09:27 3190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: ngopibareng.id

Ketika Presiden Jokowi rekomendasikan Menteri BUMN, Erick Thohir merekrut Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok untuk menduduki jabatan Direksi/Komisaris Utama di salah satu BUMN, banyak respon negatif bermunculan.

Mantan Mantan Menko Kemaritiman Jokowi pada periode pertama, Rizal Ramli, memberikan penolakan secara sarkasme, dia menganggap Ahok "kelas Glodok", tidak pantas menduduki jabatan di BUMN.

Memaknai kata Kelas Glodok, tentunya akan memberikan berbagai penafsiran. Kata-kata ini jelas tidak pantas diucapkan oleh seorang Rizal Ramli. Mungkin bisa ditafsirkan, kata tersebut dalam kapasitas Ahok tidak pantas.

Tapi disisi lain, kata tersebut bisa menjadi 'bumerang' bagi Rizal Ramli sendiri. Kata Kelas Glodok tersebut sangat merendahkan orang-orang bisnis kalangan Glodok, padahal bisnis kelas Glodok sendiri bukanlah bisnis recehan.

Publik pastinya bertanya, apa yang dimaksud dari kata Kelas Glodok tersebut.?

Dalam konteks ini jelas bisa ditafsirkan sebagai pelecehan, merendahkan, dibawah kapasitas yang dibutuhkan, mutu yang rendah, dan berbagai tafsir lainnya sesuai dengan sudut pandang masing-masing.

Akan menjadi bumerang bagi Rizal Ramli ketika apa yang dikatakannya tidak terbukti. Pertanyaan publik akan berbalik kepada Rizal Ramli, kalau Ahok dianggap kelas Glodok, Rizal Ramli kelasnya apa dong.

Sebagai Menko Kemaritiman, Rizal Ramli tidak pernah menunjukkan kelasnya sebagai seorang ekonom kelas dunia. Jabatannya hanya seumur Jagung, dia salah satu menteri yang dipecat saat ada reshuffle kabinet.

Sebelum diangkat sebagai Menko Kemaritiman, Rizal Ramli termasuk orang yang sangat kritis terhadap berbagai kebijakan Pemerintahan Jokowi-JK, sehingga Jokowi perlu membuktikan kapasitasnya. Rizal pun direkrut masuk dalam Kabinet Jokowi.

Namun Rizal Ramli bukanlah tipikal orang yang bisa bekerja dalam Tim, dia tipe orang yang bekerja secara 'one man show', sehingga banyak kegaduhan yang diakibatkannya. Mungkin saat itu dia salah posisi, sehingga jurus kepretannya menjadi berlebihan.

Berbeda dengan Ahok yang tersingkir dari dunia politik justeru karena sepak terjangnya yang membuat banyak orang tidak nyaman, terutama orang-orang yang memang tidak ingin adanya perubahan, orang-orang yang sudah menikmati zona nyaman.

Selama menjadi Wakil Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta, Ahok sudah banyak membuat perubahan, mulai dari sistem birokrasi, maupun berbagai pembangunan diwilayah DKI Jakarta.

Gagasan adanya Moda Raya Terpadu  (Mass Rapid Transit), yang dikenal saat ini dengan MRT, digagas oleh Jokowi-Ahok, saat keduanya menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Itu salah satu gagasannya yang sangat bermanfaat bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Sistem penganggaran berbasis digital elektronik yang mengubah sistem penganggaran manual yang rawan penyalahgunaan, menjadi sistem e-Budgeting.

Kalau seseorang yang tidak memiliki kapasitas kepemimpinan, tidak mungkin gagasan smart seperti itu bisa terlaksana. Reputasi Ahok dalam membangun DKI Jakarta tidak ada yang meragukan.

Ahok sudah memberikan standar yang tinggi dalam pengelolaan dan penyelenggaraan Pemerintahan di DKI Jakarta. Memang secara karakter Ahok terkesan temperamental, tapi karakter tersebut hanya ketika berhadapan dengan orang-orang yang secara attitude kurang baik.

Dalam sebuah birokrasi, baik di pemerintahan atau pun BUMN, memang dibutuhkan sosok yange tegas dan tidak mengenal kompromi. Ahok adalah orang yang dianggap tepat untuk membenahi birokrasi semacam itu.

Tapi tidak bisa dipungkiri, gebrakan yang akan dilakukan Ahok, jika seandainya dia benar-benar menjadi pejabat disalah satu BUMN, akan menimbulkan kegaduhan. Terutama dari orang-orang yang menjadi korban dari penertibannya.

Kembali kesoal Rizal Ramli, kita mengetahui kalau beliau pernah sukses memimpin tim ekonomi pada Pemerintahan Presiden Abdurachman Wahid atau Gus Dur, dan pernah menjadi  anggota tim panel penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Tapi pada Pemerintahan Jokowi-JK, Rizal Ramli gagal membuktikan kehebatannya, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. 

Apakah dengan mengkritisi Ahok tersebut Rizal Ramli ingin kembali mencari perhatian Jokowi, agar kembali dilibatkan dalam pemerintahan.? Wallahu'alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun