Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Take It or Leave It

20 Oktober 2019   07:24 Diperbarui: 20 Oktober 2019   07:34 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: daihatsu.co.id

"Take it or Leave it"

Ketika kita bekerja disuatu tempat, dan mau bekerja disana, bisa saja karena diminta atau dipanggil, atau juga karena memang melamar pekerjaan tersebut. 

Tapi bisa saja karena referensi atau rekomendasi seorang teman. Yang jelas setelah bekerja, kita bisa merasakan situasi dan suasana kerjanya, bisa nyaman, bisa juga tidak.

Kadang nyaman atau tidaknya tergantung bagaimana penerimaan kita sendiri. Bisa nyaman kalau memang kita membutuhkan pekerjaan tersebut, dan kebetulan cocok dengan profesi yang digeluti, bisa juga tidak nyaman karena beberapa faktor, misalnya kuatnya tekanan dari atas, atau kurangnya faktor penunjang kesejahteraan.

Kemarin saya kedatangan seorang teman dirumah, kebetulan saya memang sedang ada dirumah, seperti biasanya sejak dua tahun belakangan ini. 

Teman ini berkeluh kesah tentang situasi kerja dilokasi shooting, yang pembayaran honor suka telat, sementara kerjanya hampir tiap hari bisa sampai pagi.

Saya cuma bilang, gak perlu dikeluhkan yang seperti itu, percuma karena tidak akan mengubah keadaan dan situasi. Yang ada malah membuat dirimu semakin tertekan keadaan. Kalau kamu masih suka dengan pekerjaan tersebut lanjutkan, kalau udah gak suka, ya tinggalkan.

Jawabannya gak mungkin meninggalkan pekerjaan tersebut, karena kondisinya sedang butuh uang, dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan lain sangat sulit. 

Saya bilang sama dia, itu artinya kamu tidak punya pilihan selain dari terus melanjutkan pekerjaan tersebut, artinya kamu harus nikmati aja semua masalah yang sedang dihadapi.

Kalau terus menceritakan keburukan tempat kamu bekerja, dan selalu mengungkit semua kekurangannya, itu sama saja kamu mengencingi periuk nasi kamu sendiri. 

Sama saja kamu munafik, tidak suka tapi terus dinikmati hasilnya. Dia hanya diam mendengar ocehan saya, masalah yang dihadapinya itu masalah klasik yang selalu berulang dibidang pekerjaan seperti itu.

Saya bilang sama dia, kalau kamu mau nyaman, kamu harus punya 'bargaining position', dengan begitu kamu punya kelebihan yang diperhitungkan orang lain, dan diterima oleh lingkungan pekerjaan. Dengan demikian tidak mungkin mereka tidak memikirkan apa yang kamu butuhkan.

Sangat terlihat dari wajahnya begitu stress, butuh uang tapi pekerjaan yang ditekuni belum ada tanda-tanda akan menghasilkan uang, sementara tenaga sudah terkuras habis demi untuk menghasilkan uang. 

Saya bilang sama dia, Salah satu faktor saya meninggalkan pekerjaan tersebut, faktor seperti itulah yang membuat saya tidak sanggup.

Masih untung kalau ketemu Production House (PH) yang memang secara administrasinya bagus, menejemennya bagus, kalau gak bisa-bisa bukan uang yang didapat, uang yang adapun habis, fisik dan pikiran pun jadi menderita. 

Saya berusaha bicara pahit sama dia, supaya dia berpikir keras untuk mengambil sebuah keputusan. Padahal keputusannya sederhana, 'Take it or Leave it'.

Sebetulnya dalam bekerja itu memang harus memiliki 'skill' yang memadai, sehingga dengan skill tersebut akan menentukan bargaining position. 

Kalau sudah memiliki itu tidak ada lagi hambatan dalam bekerja. Tapi memang yang seperti itupun akan menimbulkan kecemburuan bagi yang lainnya, bisa saja hal seperti itupun akan menghambat pekerjaan.

"Jangan mengutuk kegelapan, lebih baik nyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan"

Usaha Dan kerja keras yang tak kunjung berbuah manis memang sering menyesak di dada dan buatmu malas melangkah. Tapi ingat hidup akan terus berjalan meski kamu diam di tempat, jadi bergegaslah jika tak ingin ketinggalan.

Waktu berjalan begitu cepat, jangan puas hanya dengan jalan ditempat, dan jangan biarkan hatimu terus mengumpat, meskipun apa yang diinginkan belumlah didapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun