Mohon tunggu...
Dayangsumbi
Dayangsumbi Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Musik, Filosofi

Blogger Writer and Amateur Analys, S.Komedi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Cinta - The Art of Loving

13 April 2021   02:37 Diperbarui: 13 Maret 2022   15:47 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Freepic/Pexels

Tapi perihal tanggung jawab ini kita tidak boleh sampai mengekang dia secara berlebihan, ngatur-ngatur hidupnya untuk tidak berhubungan dengan cowok lain, harus begini dan begitu, harus negesin untuk nurutin kata kita;

Nah agar rasa tanggung jawab ini gak  berubah jadi sikap yang mendominasi dan posesif maka perlu ada aspek ke-tiga yaitu rasa hormat. Hormat bukanlah rasa takut atau kagum; melainkan akar katanya respierce yaitu kemampuan untuk memandang seseorang sebagaimana dirinya, menyadari kekhasannya sebagai individu bahwa ia berhak untuk bertumbuh dan berkembang sebagaimana dirinya. Oleh sebab itu hormat tidak memanfaatkan seperti, kita ingin orang yang kita cintai bertumbuh dan berkembang demi dirinya sendiri bukan agar bisa melayani diri kita; Jika aku mencintai dia, aku merasa satu dengannya, tetapi dengan dia sebagai dirinya, bukan sebagai dia yang kuinginkan sebagai objek kepentinganku.

Aspek ke-4 yaitu pengetahuan, kalau dia sedang cemas dan takut; perhatian dan kepedulian sangat penting dan tahu lebih dalam apa sebenarnya yang sangat dia butuhkan. Inget bukan hanya soal materi loh, kehadiran pun sangat dibutuhkan; Seharusnya kita tahu apa yang ada di dalam hatinya meskipun dia tidak pernah menunjukannya – wah rumit kalau ini suwer deh – Jadi kita harus tahu bawa dia sedang gelisah dan cemas; bahwa dia merasa kesepian, bahwa dia merasa bersalah. Kita harus mengerti dia dengan melihat bahwa apa yang dia rasakan merupakan sesuatu yang sedang dia derita bukan melihat kemarahannya.

Kita harus mengetahui “rahasia manusia” meskipun memang hidup ini adalah suatu misteri; suatu keajaiban dan rahasia. Manusia dalam aspek manusianya adalah rahasia tak terduga bagi dirinya sendiri dan sesamanya. Kita mengenal diri kita sendiri, tetapi seperti apapun kita mencoba mengenal diri kita sendiri, kita tidak benar-benar mengenal diri kita sendiri. Kita mengenal orang lain, tetapi kita tidak pernah benar-benar mengenalnya. Karena kita bukan barang dan orang lain pun bukan barang. Makin kita menyelami diri kita maupun orang lain, semakin jauh tujuan kita mendapat pengetahuan itu. Kita terus tergoda menyelami rahasia jiwa manusia, kedalam inti terdalam yaitu “Dia”. Namun, Jawaban terbaik untuk mengungkap rahasia jiwa manusia adalah “CINTA”.

Mencintai seseorang bukan sekedar suatu perasaan yang kuat, tetapi keputusan, petimbangan, dan komitmen. Jika hanya mengandalkan perasaan, perasaan akan sirna. Ketika kita merasa sudah tak ada kecocokan satu sama lain dan gairah untuk memiliki seorang yang baru atau penaklukan baru itu akan memisahkan mereka.

Bagaimana kita menilai itu akan bertahan selamanya, bagaimana jika tindakanku tak menyertakan pertimbangan dan keputusan ? Mengingat kedua pandangan ini cinta semata-mata hanya sebuah kerelaan - berbeda dengan pengorbanan - dan komitmen, jadi tak penting siapa kedua orang itu. Tak penting apakah pernikahan diatur pihak lain (dijodohkan) atau pilihan sendiri, begitu pernikahan diputuskan, kerelaan tadi seharusnya menjamin cinta berlanjut. Cinta ini menghendaki elemen-elemen tertentu yang sangat individual dan spesifik, yang terdapat di antara beberapa orang, bukan di antara semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun