Mohon tunggu...
Dayangsumbi
Dayangsumbi Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Musik, Filosofi

Blogger Writer and Amateur Analys, S.Komedi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Cinta - The Art of Loving

13 April 2021   02:37 Diperbarui: 13 Maret 2022   15:47 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Freepic/Pexels

Cinta, berhasil hidup bersama seorang wanita pujaan yang kita cintai untuk mengarungi bahtera kehidupan bersama adalah happy ending petualangan cinta. Hampir 1 dekade saya single, 5 tahun saya menjadi gebetannya, ya.. walaupun datang dan pergi – soksokan hit and run ceritanya – akhirnya berakhir juga masa gebetannya. Jauh dari kata indah, berakhirnya masa pendekatan ini karena dia akhirnya memutuskan pacaran dengan orang lain huhuhu tragis; akhirnya 5 tahun ini saya memutuskan untuk single bukan karena mengejar mimpi, membantu pendapatan orang tua atau hal-hal keren lainnya tapi, karena saya masih menjadi singa. Kok singa ? Ya Si Ngarep hahaha.

Dalam 5 tahun belakangan jatuh-bangun saya menahan rindu – ih kok gak keren amat! Jatuh bangun tuh untuk mengejar mimpi, membangun usaha, ini kok menahan rindu – di tengah jatuh bangun menahan rindu akhirnya saya terpikir, “Apakah cinta hanya selalu untuk hal-hal yang indah saja ? Sebenarnya apa itu cinta ? Bagaimana membangun diri untuk menjadi orang yang selalu mencintai dan dicintai ? Apakah cinta saya padanya ini hanya ketertarikan fisik ? Salah memangnya jika saya tertarik pada lawan jenis karena ketertarikan fisik ?” ini sedikit gambaran pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala saya tentang cinta, ini bukan karena saya seorang yang kritis tapi, karena saya tipe orang yang suka meragu akan sesuatu hal saja.

Kegagalan cinta, apakah cinta hanya untuk hal-hal yang indah ? Seperti seni bahwa nilai-nilai estetik bukan hanya pada sesuatu yang indah saja; tentang cinta, karena menyerah adalah hal mustahil, tampaknya mengevaluasi kegagalan cinta – memeriksa sebab-sebab kegagalan ini, dan melanjutkan studi tentang arti cinta adalah perlu bagi siapa saja yang telah mengalami kegagalan cinta.

Menurut Erich Fromm (The Art of Loving), langkah pertama adalah menyadari bahwa cinta adalah seni, seperti halnya kehidupan, jika kita ingin mencintai kita harus melakukan hal yang sama seperti jika kita ingin mempelajari seni lainnya, misalnya musik, melukis, pertukangan, seni pengobatan atau teknik.

Proses belajar seni dapat dibagi menjadi dua bagian: pertama teori dan kedua adalah menguasai terapan. Jika kita ingin mempelajari seni musik (gitar), pertama-tama kita harus mengenal macam-macam nada serta chord-nya. Sesudah menguasai teoritis ini, barulah menguasi berbagai lagu. Bisa disebut ahli dalam seni ini hanya setelah kita banyak menjalankan praktik seperti manggung dipelbagai tempat dan menciptakan lagu. Hingga akhirnya hasil dari pengetahuan teoritis dan terapan tercampur menjadi satu.

Cinta apa sih definisi cinta ? Banyak orang mendefinisikan cinta; penjelasan tentang cinta tidak ada yang objektif selalu hanya bersumber dari perenungan yang dalam dari seseorang; selalu yang muncul jika mendefinisikan tentang cinta adalah kesubjektifan.

Menurut teman-teman saya, cinta itu adalah sesuatu yang tak terdefinisikan mungkin karena ia telah melalui perasaan sedih dan bahagia tentang cinta jadi susah terdefinisikan seperti sedang naik wahana roller coaster. Beda lagi untuk pujangga sejuta umat ini, yang selalu tergambarkan melalui anak-anak yang dilahirkannya yaitu Khalil Gibran, menurutnya cinta itu adalah ‘Rintihan panjang yang dikeluhkan oleh lautan perasaan kasih sayang. Ia adalah cucuran air mata langit pikiran’ – huhuhu sedih banget.

Teori cinta, Fromm, cinta adalah perangkat insting manusia yang telah muncul dari kerajaan hewan, adaptasi instingtif, bahwa dia telah melampaui alam meskipun tak pernah meninggalkannya, dia bagian dari alam dan sekali terpisah dari alam dia tak dapat kembali dengan mudah; sekali terusir dari surga yaitu suatu keadaan kesatuan asali dengan alam malaikat pemberontak (Iblis) dengan pedang menyala menghalangi jalannya jika dia mencoba untuk kembali. Manusia hanya dapat terus maju dengan mengembangkan nalarnya, dengan menemukan keselarasan baru menjadi manusia dan bukan keselarasan pra-manusia yang hilang selamanya.

Teori tentang cinta haruslah diawali dengan teori tentang manusia. Ketika manusia lahir, saat itu juga terlempar dari situasi yang pasti, seperti insting, ke dalam situasi yang tak pasti, tak jelas dan terbuka. Kepastian hanya menyangkut masa lalu, sedangkan masa depan yang pasti hanyalah kematian.

Manusia dianugerahi nalar; dia adalah makhluk kehidupan yang sadar akan dirinya sendiri; dia memiliki kesadaran atas dirinya, sesamanya, masa lalunya, dan kemungkinan-kemungkinan masa depannya. Kesadaran atas hidupnya yang singkat bahwa, dia akan mati meninggalkan orang-orang yang dicintai dan masyarakat. Kesadaran akan keterpisahan, ketakberdayaan dihadapan takdir inilah yang membuat manusia merasa terasing, terpisah dan tercerai menjadikan eksistensinya tak tertahankan. Akan menjadi gila jika tak dapat membebaskan diri dari penjara ini dan menjangkaunya keluar, menyatukan dirinya dalam berbagai cara dengan manusia lain, dengan dunia luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun