Mohon tunggu...
Aji Cahyono
Aji Cahyono Mohon Tunggu... Jurnalis - Islamic Education, Politic International Relationship, Middle East Region, Philosopher

Saya di lahirkan dari cinta, oleh cinta, dan untuk cinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dilarang Pinter, Risiko Hidup Anak Miskin

9 September 2019   20:20 Diperbarui: 9 September 2019   20:46 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Si Tole (akrab panggilannya) menuturkan bahwa dirinya terlahir dari perpaduan dari perbedaan 2 kultur kedaerahan, 2 kultur bahasa daerah dan 2 suku daerah. Sehingga konsep ke-Indonesiaan tetap ada untuk menjaga pandangan bahwasanya pancasila masih menjadi acuan dalam gerakan berbasis kerakyatan.

•

Dalam konteks Historism - Empirism, Si Tole mengalami berbagai macam dinamika. Pasang surut kehidupan selalu di hadapkan. Yang pasti narasi ini menjadi suatu tolak ukur dengan membangun semangat positivisme dari segi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.

•

Si Tole, anak yang berlatarbelakang ekonomi pas - pasan. Menjadi suatu kebiasaan ketika dalam proses pendidikan formal dengan seiringnya berjalannya zaman ke zaman. Yang pasti komersialisasi pendidikan formal tentu ada.

•

Semenjak Si Tole menyandang status balita jikalau di tinjau dalam konteks umur di dunia, si Tole secara tak sadar mengasah diri melalui keterampilan membaca. Oleh karena itu, dengan membaca, menjadi tolak ukur tanpa melalui prosedur pengeyaman pendidikan biasanya yaitu tanpa berproses di Taman Kanak - Kanak atau TK.

•

Sebelum masuk di Sekolah Dasar, bahkan dari pihak sekolahan mempertanyakan ijazah. Akan tetapi, dari orang tua si Tole tersebut tidak bisa menunjukan, karenanya anaknya (si Tole) tidak pernah mengenyam pendidikan kanak - kanak. Alhasil, si Tole menaruhkan diri bahwasanya si Tole mampu mengenyam pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar dengan kemampuan membaca.

•

Selanjutnya, si Tole akhirnya bisa mengenyam di pendidikan formal. Hanya faktor umur yang masih menjadi prematur apabila di kaji secara kuantitatif dalam kriteria pendidikan yang sejajar dengan proses pengenyam pendidikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun