Mohon tunggu...
Aji Prasanto
Aji Prasanto Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Kerja

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Aku, Pacarku, dan Bapakku (Kasus Anak Pejabat Pajak)

25 Februari 2023   02:14 Diperbarui: 25 Februari 2023   02:24 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels.com/ Keira Burton

1. Darah Muda

Poin pertama yang saya dapat di pikiran saya yaitu "Darah muda" (Rhoma irama sudah ngingetin ini pakai lagu padahal). Yap, tentunya ini menjadi suatu faktor pendorong kejadian tersebut bisa terjadi. Kita tak perlu mengait-ngaitkan tentang kecerdasan emosional atau yang berhubungan dengan hal tersebut menurut saya.

Karena, memang namanya darah muda ya darah yang menggebu-gebu, lakukan.. . masalah menyesal itu pasti tak terpikirkan. Apalagi dibarengi dengan pertemanan, nama orang tua, juga fasilitas yang dimiliki, menjadi lengkaplah untuk menciptakan kearoganan lelaki muda.

Agama, budi pekerti, norma dan nilai yang berlaku tentunya menjadi terlupa, apalagi jika ditelisik ini dikarenakan bisikan seorang wanita. Cukup untuk menambah eksistensi serta menunjukan suatu power/ kekuatan/ kekerenan atau apapun lah itu yang dimiliki oleh seorang lelaki tersebut untuk meyakinkan kepada sang wanitanya. Apalagi kalau lagi jatuh cinta, "tai kucing, rasa coklat" hahaha.

2. Eksistensi

Berbicara mengenai eksistensi, saya rasa hal ini menjadi cukup menarik. Yang mana, banyak dikatakan anak pejabat pajak tersebut merupakan seorang yang gemar memamerkan barang-barang atau kendaraan yang dikendarainya di media sosial atau apapun. Tentunya ini menjadi perbincangan yang ramai, yang mana terdapat beberapa pertanyaan. Dari mana barang-barang tersebut berasal?, Apakah ada kecurangan yang dilakukan oleh orang tuanya di kerjaan?, serta masih banyak lagi. Karena sudah banyak yang berbicara mengenai masalah ini jadi kita swipe aja, oke.

Pertanyaan saya pada masalah eksistensi ini, adalah kenapa orang tuanya tidak melarang. Apakah anaknya yang memaksa, dan orang tuanya tidak punya cukup kekuatan untuk melarang apa yang dilakukan oleh anaknya?. Tentu kita tak perlu meraba-raba akan apa yang ada di keluarga tersebut, karena kita tidak memiliki cukup kapasitas untuk menilai atau menghakimi tingkah laku seseorang.

Namun tentunya ini menjadi pelajaran, yang mana kita patut syukuri (namun tetap berusaha) bilamana kita memiliki keterbatasan atas sesuatu hal, walau kita tahu tentunya setiap orang memiliki keterbatasan. Namun, untuk kelas sosial menengah kebawah lebih banyak keterbatasan jika dibandingkan dengan masyarakat kelas sosial atas baik meliputi fasilitas, pengetahuan, tingkat pengaruh di masyarakat, ataupun power yang dimiliki.

Kemudian, bila nanti menjadi seorang yang memiliki cukup bahkan banyak uang atau memiliki nama atau jabatan tertentu. Kita tahu bagaimana untuk mengelola serta membelanjakannya dan juga bagaimana kita untuk mengurus anak dengan sebaik-baiknya. Tentunya tak lupa pula untuk senantiasa selalu di barengi dan di tuntun oleh-Nya, memiliki kesadaran dan tidak terbutakan akan apa yang dimiliki. Karna efek buruk jika melihat dari kasus ini bukan hanya diterima oleh diri sendiri, namun sampai berdampak buruk kepada orang lain.

3. Power

Setiap laki-laki, tentunya memiliki suatu power atau kekuatan tertentu dalam kehidupan merupakan suatu hal yang menjadi keinginan, kebanggaan, serta suatu hal yang dapat meningkatkan akan eksistensi diri sebagai seorang pria. Yang mana hal ini menurut saya suatu hal yang alamiah dari alam, yang menciptakan karakter seorang pejantan seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun