Mohon tunggu...
Siti Aisyah
Siti Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tuangkan isi kepalamu dalam tarian pena

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kita Ini Apa?

11 Oktober 2022   21:49 Diperbarui: 11 Oktober 2022   22:01 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setalah pekerjaan selesai, ku lanjut pergi ke pantai, tak jauh dari kantor, cukup berjalan kaki. melewati pepohonan rindang bersama kicauan burung perkutut milik pak HJ pemilik kedai kopi dekat laut. Hari ini seperti yang sering kulakukan, menyimak lautan angin dan ombak menjadi pilihan yang tepat. Deras ombaknya lautan menjadi pendengar paling setia. Alunan paling merdu. Paling bisa menjaga rahasia di tengah tangisan yang meraung-raung. Aku sangat menyukai kantor dan tempat ini. Sudah 4 tahun berkiprah. Sepeninggal nenek , ku pindah mencari pekerjaan di pulau ini yang notabene memang tinggal berdua sejak kecil. Tak ada orang tua dan saudara.

Sepasang sepatu mendekat disampingku. Sessosok lelaki memakai kemeja biru menghampiri.

Semua rasa  kembali ke masa itu

Kita ini apa? Itu yang selalu ku lontarkan padamu waktu itu. Beberapa kali dalam seminggu ku menanyakan hal yang sama. Kita ini apa? Selalu menjadi kalimat tanya yang menempel di kepala. 

Malam-malam panjang dan dinginnya hujan membuat hati semakin kuat. Keadaan yang membuat kita semakin kuat. Kerasnya dunia tetap seperti itu itu saja , malah makin menjadi-jadi. Ketidak adilan sana sini. Apalagi hal sepele. Sudah jadi bubur kacang hijau tenggelam oleh halusinasi. 

Kita ini apa?

"Kita ini hanya seseorang yang salng membutuhkan tmpat singgah, tanpa adanya kesungguhan". Ucapmu malam itu. Membuatku tak bisa tidur, merengek, gelisah, kecewa, dan adanya rasa dendam kesumat dalam hati. Tidak ngatkah kau jalannya? Kisah yang telah terajut dengan benang biru kini berubah menjadi benang merah, semua terjawab dengan kenyataan yang pahit.

Kau meninggalkanku begitu saja di persimpangan jalan. Menyisakan aroma parfum mu yang biasanya ku senangi, kini menjadi benci. Pergi bersama sepeda motor honda yang sering  membawa ku keliling kota. Entah apa alasanmu waktu itu. Aku masih tak mengerti.

Betapaa manisnya sikapmu membuat ku tiada percaya akan perkataan mu malam ini. Yang sungguh sangat menyakitkan. Diskusi-diskusi yang kita bangun pertama kali saat berada di perpustakaan Kampus. Kita mengambil buku yang sama, dan satu-satunya. Kita berdebat tentang siapa yang lebih dulu. Obrolan-obrolan ringan hingga latar belakang keluarga yang saling bertolak belakang. Kamu sungguh menerima ku apa adanya.

"Jadi apa yang membawamu kemari?" Tanyaku padanya, usai mengingat pertemuan terakhir ku dengannya

"Kenangan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun