Mohon tunggu...
Aisyah Fad
Aisyah Fad Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk berjalan, belajar memahami, dan berbagi.

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Life Hack

Tips Pahami Perasaan Anak, Tambahi Satu Lagi!

21 Juni 2021   10:14 Diperbarui: 21 Juni 2021   20:23 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pahami Perasaan Anak- sumber : Greed health.id

Anak-anak seringkali memiliki reaksi berlebih untuk masalah kecil.  Seperti tertusuk jarum, kehilangan buku, memakai baju seragam yang berbeda dengan teman, semua seperti kiamat bagi mereka.

Dalam buku yang ditulis Joanna Faber dan Julie King yang berjudul " How to Talk so Kids will Listen & Listen So Kid Will Walk " 

Pahami, ucapannya sumber: Tribunnews.com
Pahami, ucapannya sumber: Tribunnews.com

Joana mengatakan : 

" Bila kita belum mengakui perasaan mereka, anak anak tak akan mau mendengar penjelasan kita. Sebaik apapun itu dan semanis apapun itu." 

Seringkali kita sudah mengatakan sesuatu dengan baik, dengan segala upaya, tetapi anak tidak mau mendengarkan. 

Tentu ada penyebabnya. Salah satunya adalah gaya bicara kita. Umumnya kita terlalu fokus dengan apa yang ingin kita sampaikan, sehingga lupa dengan perasaan anak.

Pahami keresahannya ( Sumber : Pixabay)
Pahami keresahannya ( Sumber : Pixabay)

Untuk lebih memahami perhatikan apa yang dilakukan ibu Benyamin dibawah

Diskripsi  ini diambil dari klinik Joana :

Benyamin (TK) terobsesi dengan kereta api. Dia ahli bermain kereta api dan suka  membuat jalur serta persimpangan rumit. Dengan kerumitan itu tentu saja kereta tak mudah melaluinya. 

Sayangnya Benyamin memiliki kebiasaan buruk. Ketika kereta-kereta tidak dapat berjalan mulus seperti yang dikehendakinya, dia melempar rel - rel dan kereta apinya sambil berteriak - teriak. 

Biasanya sang ibu mengatakan : " Tak apa bisa kita perbaiki nanti"  Namun outputnya Benyamin terus saja melempar-lempar kan mainannya. Demikian terjadi berkali-kali. Benyamin seolah olah tidak mendengar apa yang dikatakan ibunya. 

Hal itu mendorong Ibu Benyamin mengikuti diskusi yang diadakan Joana ( terapis)

Sebenarnya ada apa dengan Benyamin?  Ada apa dengan kalimat ibu Benyamin

Pada dasarnya anak perlu menyakini bahwa perasaan mereka dipahami oleh orang dewasa. Dengan meyakini perasaan mereka, kita akan memberi pondasi kepada mereka untuk belajar memahami perasaan orang lain.

Lebih tegasnya Ibu Benyamin harus membuat Benyamin percaya bahwa sang Ibu tahu perasaan Benyamin. Sekaligus membantu Benyamin mengetahui perasaannya sendiri.

Setelah Ibu Benyamin mengikuti pelatihan. Ini kalimat yang dipilihnya untuk membuat Benyamin tahu bahwa ibunya paham perasaannya

Ketika Benyamin mulai marah dan membuang-buang kereta. Sang Ibu mulai bereksperimen

 " Ah! Menjengkelkan sekali, kamu pasti tidak mau mainanmu berantakan, kan?" Benyamin diam dan memandang ibunya.

Ibu Benyamin mengambil papan tulis, lalu menggambar anak menangis. Benyamin masih tetap diam 

" Apakah perasaanmu seperti ini?" Benyamin masih diam lalu Ibunya memberi dua tetes air mata pada gambarnya 

"Seperti ini?" tanya ibunya sambil menunggu reaksi Benyamin.

"Tambahi satu lagi!" Benyamin mulai bereaksi dan meraih kapur dari tangan ibunya lalu mulai menambahkan butiran air mata besar besar. 

Setelah melihat butiran butiran airmata besar-besar yang dibuatnya, Benyamin mulai tersenyum geli. Ibunya menggambar satu wajah lagi dengan muka tersenyum. 

Tanpa suara nge gas, tanpa perintah, perasaan Benyamin mulai membaik dan mulai bermain lagi.

Memang tidak selalu harus sama seperti yang dilakukan ibu Benyamin. Intinya bantu anak memahami perasaan marahnya dan setujui perasaan itu sebelum mengungkapkan gagasan yang ingin disampaikan.

Selamat Mencoba.

SEMOGA BERMANFAAT

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun