Bagi Indonesia, kisah ini seharusnya menjadi cermin, bukan sekadar tontonan. Kita punya lautan luas, populasi besar, dan gairah yang tak tertandingi. Tapi tanpa arah yang konsisten, semua itu bisa menjadi ombak yang menghantam diri sendiri. Sepak bola, seperti bangsa, tumbuh dari kesabaran dan kontinuitas, bukan dari euforia sesaat. Sudah saatnya kita berhenti berdebat tentang siapa yang salah, dan mulai bertanya: siapa yang mau bertahan cukup lama untuk membangun dari dasar?
Dari semangat Indonesia Muda yang pernah menyalakan api nasionalisme lewat olahraga, hingga generasi muda hari ini yang tumbuh di era digital, benang merahnya tetap sama --- bahwa sepak bola bukan hanya soal menang, tapi soal menumbuhkan martabat. Jika Cape Verde bisa memahat sejarahnya dari lautan yang sunyi, Indonesia pun bisa menulis kisahnya dari samudra luas Nusantara. Yang dibutuhkan bukan mukjizat, tapi keyakinan yang tak pernah padam meski diterpa badai. Karena bangsa yang mau menutup ombak, pada akhirnya akan menemukan jalannya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI