Mohon tunggu...
A Iskandar Zulkarnain
A Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... SME enthusiast, Hajj and Umra enthusiast, Finance and Banking practitioners

Iskandar seorang praktisi Keuangan dan Perbankan yang berpengalaman selama lebih dari 35 tahun. Memiliki sejumlah sertifikat profesi dan kompetensi terkait dengan Bidang Manajemen Risiko Perbankan Jenjang 7, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Utama (CRP), Sertifikat Kompetensi Investasi (CIB), Sertifikat Kompetensi International Finance Management (CIFM) dan Sertifikat Kompetensi terkait Governance, Risk Management & Compliance (GRCP) yang di keluarkan oleh OCEG USA, serta Sertifikasi Kompetensi Management Portofolio (CPM). Iskandar juga berkiprah di sejumlah organisasi kemasyarakatan ditingkat Nasional serta sebagai Ketua Umum Koperasi Syarikat Dagang Santri. Belakangan Iskandar juga dikenal sebagai sosok dibalik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan bumi pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Hari Buruh, Mencari Rumus Kesejahteraan yang Win-Win

1 Mei 2025   20:08 Diperbarui: 4 Mei 2025   10:55 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo menghadiri acara May Day 2025 di Monas, Kamis (1/5/2025). (Foto: KOMPAS.com/RAHEL NARDA)

Hari Buruh di Indonesia bukan sekadar agenda rutin tahunan, tapi punya makna historis, politis, dan simbolis yang panjang. Pada era awal kemerdekaan, Presiden Soekarno menegaskan keberpihakannya kepada kelas pekerja dengan menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Nasional. 

Ini adalah pengakuan negara terhadap peran buruh dalam pembangunan bangsa, sebuah langkah yang diambil untuk menyatukan kekuatan nasional di tengah pergolakan ekonomi dan politik pascakemerdekaan. 

Kini, di era pemerintahan Prabowo, makna itu dihidupkan lagi lewat kehadiran langsung sang presiden dalam peringatan Hari Buruh 1 Mei, dengan janji besar: pembentukan Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional. 

Banyak yang melihat langkah Prabowo sebagai manuver politik, tapi di baliknya tersimpan potensi: untuk mengangkat isu buruh dari sekadar panggung demonstrasi menjadi ruang dialog yang lebih konstruktif.

Namun tak bisa diabaikan bahwa Hari Buruh tak hanya bermakna nasional. Internasional, tanggal ini dikenal sebagai International Workers' Day, diperingati di lebih dari 80 negara, dengan akar sejarah di Amerika Serikat: demonstrasi Haymarket pada 1886, ketika buruh menuntut pembatasan jam kerja menjadi delapan jam sehari. 

Semangat itu menyebar ke Eropa, Amerika Latin, Asia, dan akhirnya ke Indonesia, yang pada masa Soekarno mengadopsinya sebagai bagian dari semangat anti-imperialisme dan perjuangan kelas. 

Dalam konteks Indonesia hari ini, tantangannya bukan hanya memperingati sejarah, tetapi menjawab realitas baru: ketidaksetaraan antarwilayah, relokasi industri karena kesenjangan upah minimum, dan sistem pengupahan yang belum sepenuhnya adil. Pertanyaannya: apakah janji Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional cukup menjawab semua itu?

Menggaji Tanpa Bunuh Diri: Menemukan Titik Temu Perusahaan dan Buruh
Masalah upah selalu menjadi pusat peringatan Hari Buruh, dan ini bukan isu kecil. Kenaikan UMP setiap tahun sering dianggap sebagai kemenangan serikat pekerja, tetapi di baliknya, ada dinamika yang lebih rumit. 

Perusahaan, terutama industri padat karya seperti tekstil, garmen, sepatu, dan elektronik, menghadapi tekanan besar. 

Data menunjukkan bahwa UMP di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten termasuk yang tertinggi di Indonesia, sehingga banyak pabrik memilih untuk merelokasi operasional mereka ke Jawa Tengah, di mana UMP lebih rendah dan biaya produksi lebih kompetitif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun