Mohon tunggu...
Aisha Lintang
Aisha Lintang Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - murid

hobi : menulis dan membaca buku kepribadian : INFP

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Kucing dan Arya

8 Februari 2024   20:10 Diperbarui: 8 Februari 2024   20:16 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu hari yang cerah, terdapat seorang pemuda yang sedang duduk di kursi tunggu stasiun kereta api Kota Malang. Pemuda itu hendak pergi menuju Kota Jakarta dengan kereta. Pemuda itu duduk sendirian, memakan bekal yang sudah ia siapkan dari rumah. Bekalnya berisikan dengan nasi dan satu potong ayam goreng. 

Pemuda itu diketahui bernama Arya, ia ingin pergi ke Jakarta sebab tugas kuliahnya. Arya memakan bekalnya sembari  menonton film di ponselnya, telinganya memakai earpodsnya. Tanpa sadar ada seekor kucing berwarna oranye-putih sedang menatapnya dari jauh.

Stasiun kereta mulai ramai akan penumpang yang menunggu waktu keberangkatan mereka. Arya tetap setia dengan ponselnya dan bekalnya. Banyak orang berlalu-lalang, namun Arya tetap tidak mengangkat pandangannya dari ponselnya.

Pada akhirnya, si kucing oranye-putih itu mendekati Arya, mengelus-eluskan kepalanya pada kaki jenjang Arya. Berharap agar dirinya di anggap oleh Arya. Kelakuan si kucing membuat fokus Arya buyar, Arya melihat ke arah si kucing dengan bingung.

Arya melihat si kucing, kucing itu benar-benar kurus dengan beberapa luka kecil di tubuhnya. Tatapan si kucing juga membuat Arya semakin merasa prihatin. Arya meletakkan ponselnya dalam tasnya, kemudian menarik pelan si kucing dan mendudukkan si kucing pada kursi kosong sebelahnya.

Mata si kucing seketika berbinar saat Arya memberikan atensi pada si kucing. Saat Arya mengangkat si kucing, ia dapat merasakan tulang rusuk si kucing saking kurusnya. Hati Arya seakan berkata bahwa ia harus menjaga si kucing dengan semua yang ia bisa, namun otaknya berkata kalau ia tidak bisa berlama-lama disini. 


Ingin sekali Arya membawa si kucing bersamanya ke Jakarta, namun pihak kereta tidak memperbolehkan untuk membawa hewan masuk ke dalam kereta. 

Arya melirik ke arah bekalnya yang masih tersisa beberapa daging ayam. Arya kemudian memberi makan si kucing dengan sisa daging ayam yang ada di kotak bekalnya. Si kucing dengan senang hati menerima daging ayam dari Arya, ia benar-benar kelaparan. Si kucing memakan daging ayam dari Arya dengan lahap tanpa tersisa sedikit pun.

Sembari memakan, Arya mengelus-elus kepala si kucing perlahan dengan lembut. Arya bingung kenapa kucing ini bisa sangat kurus. Banyak orang berlalu-lalang yang tadi tidak peduli, sekarang mengambil foto Arya dan si kucing, bahkan ada yang tertawa melihat perlakuan Arya pada si kucing. 

Arya tetap tidak peduli terhadap reaksi orang-orang sekitarnya, ia setia mengelus-elus si kucing. Selesai si kucing memakan daging ayam pemberian Arya, si kucing menjilat tangan Arya. 

Arya terkejut saat merasakan lidah si kucing mengenai tangannya, yang Arya tahu, kalau kucing sudah menjilat tangan seseorang maka si kucing sudah menganggap seseorang itu majikan mereka. Arya ingin terharu, namun pikirannya tetap mengingatkannya bahwa ini hanya pertemuan sementara.

Karena mengetahui ini hanya pertemuan sementara, Arya menghabiskan waktunya bermain-main dengan si kucing. Si kucing sudah merasa nyaman dengan Arya, begitupun Arya. Si kucing sangat penurut, Arya menyuruhnya untuk duduk pun si kucing melakukannya.

"Perhatian, Kereta Arjana dengan tujuan Stasiun Gambir, Jakarta sudah sampai. Para penumpang boleh menaiki kereta sekarang." Tiba-tiba terdengar pemberitahuan yang menandakan sudah saatnya Arya menaiki keretanya. Ia benar-benar tidak ingin meninggalkan si kucing sendirian di sini.

Arya membatin kalau setelah ia selesai dengan urusan kuliahnya, ia akan kembali ke Malang untuk menemui si kucing ini.

"'Cing, aku pergi sebentar ya. Nanti aku balik lagi." Ujar Arya sembari ia merapikan barang-barangnya. Si kucing menggigit lengan baju Arya dengan kuat, menandakan si kucing tidak mau Arya pergi.

Arya dengan pelan mencoba melepaskan gigitan si kucing, "Ehh cing, tunggu sebentar ya. Aku harus pergi dulu sebentar." Kata Arya. Tidak tahu apakah si kucing bisa memahami bahasa manusia, namun si kucing segera melepaskan gigitannya dari lengan baju Arya. 

Arya pergi menuju salah satu stan penjual kopi di sana. Ia membeli satu gelas es kopi untuk ia minum di kereta nanti. Setelah ia membeli kopi, Arya kembali ke kursinya untuk mengambil tasnya yang masih tergeletak. 

Namun, saat Arya kembali ke kursinya, ia sudah tidak melihat si kucing dimanapun. Arya mengendikkan bahunya, ia pikir si kucing sudah pergi meninggalkan kursinya. Saat Arya hendak mengambil tasnya, ia melihat ritsleting tasnya terbuka kecil. Ia pikir kalau ia hanya lupa menutupnya. Jadi, Arya hanya menutup ritsleting tasnya dan mengambilnya lalu pergi menuju keretanya.

Arya duduk di kursi kereta sesuai dengan yang tertera di tiketnya, ia menaruh tasnya di bawah kakinya. Di dalam kereta, Arya merasa sangat bersalah sudah meninggalkan si kucing. 

Arya kerap memikirkan si kucing hingga menjelang tengah malam. Ia tidak bisa berhenti mengkhawatirkan si kucing. Hingga lampu gerbong keretanya sudah padam semua sebab sudah waktunya penumpang tidur. Arya tentu saja tidak bisa tidur.

Pada tengah malam, tas Arya bergerak dengan sendirinya, membuat Arya terkejut. Arya dengan perasaan takut yang menyelimuti pikirannya mulai perlahan bergerak ke arah tasnya. Ia dengan perlahan membuka ritsleting tasnya, karena takut, ia menutup satu matanya.

Lalu...

"Meong!"

Seekor kucing berwarna oranye-putih melompat keluar dari tasnya Arya ke pangkuan Arya. Tentu saja itu si kucing dari stasiun tadi! Bagaimana bisa si kucing berakhir di pangkuan Arya sekarang?

Arya seketika panik, apakah dia baru saja melanggar salah satu peraturan kereta api? "Cing, cepat masuk lagi ke dalam tasku sebelum ada yang lihat!", ujar Arya dengan panik. Si kucing kerap mengeong keras-keras, membuat Arya makin panik.

Apalagi ada CCTV..

Pada akhirnya, si kucing tadi berdiam diri dalam tasnya Arya hingga mereka sampai di stasiun Gambir di Kota Jakarta. Tentu saja Arya tetap memberi si kucing makanan. 

Arya keluar dari keretanya dengan waspada, takut jika diketahui dia membawa kucing dalam tasnya. Ia segera memesan taksi untuk mengantarnya ke tempat kos yang ia tempati. Untung saja supir taksi yang ditumpangi Arya tidak terlalu memperhatikan tas Arya sehingga supir taksi itu tidak tahu kalau ada kucing dalam mobilnya.

Sesampainya mereka di kamar kos Arya, Arya segera membuka tasnya agar si kucing bisa keluar. Arya ingat si kucing memiliki luka kecil pada tubuhnya, maka dari itu Arya dengan segera mengambil P3K dekat lacinya, lalu membersihkan luka si kucing.

Sejak hari itu, mereka menjadi teman terbaik yang pernah ada, setiap Arya pulang dari kuliahnya, ia selalu disambut oleh si kucing yang ia namai Oyen.  Mereka hidup berdua bersama di dalam kamar kos minimalis Arya dengan bahagia. Oyen sekarang sudah menjadi gemuk dan terawat sejak bersama Arya. Arya benar-benar terampil dalam mengurus dan merawat Oyen.

THE END.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun