Mohon tunggu...
Muhammad Ainurrohman
Muhammad Ainurrohman Mohon Tunggu... Lainnya - Ahli Pratama PKIP

Kepalangmerahan | Kesehatan | Habbit | Kebencanaan | Islamic Habbit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mobilisasi Bonus Demografi

23 Maret 2023   11:35 Diperbarui: 23 Maret 2023   11:38 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keragaman Budaya

Keragaman budaya harus dilindungi dan dilestarikan oleh negara sesuai amanat konstitusi sesuai pasal 32 UUD 1945, jangan sampai kita baru sadar akan kecolongan budaya saat sudah diklaim oleh bangsa lain. Jangan sampai peristiwa wayang, reog, tari pendet, dan serangkain budaya yang diklaim terulang kembali.

Kearifan lokal juga layak untuk dipertahankan seperti sikap gotong-royong, tenggang rasa, dan menjunjung tinggi plurallisme. Disisi lain kearifan lokal akan mampu mengangkat rasa nasionalisme di seluruh daerah dan provinsi yang ada di Indonesia sehingga, mobilisasi dan tantangan bonus demografi bisa terciptakan. Semboyan Bhineka tunggal ika juga harus tetap melekat pada diri setiap warga negara Indonesia, Menurut Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah seperti dikutip Antara. Ia mengatakan bahwa dalam kerangka nasional Indonesia menjadi panutan untuk mengembangkan persatuan dan keberagaman. Hal tersebut selaras dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. dan jangan amanat bapak proklamator jas merah "jangan sekali-sekali melupakan sejarah". Dengan menghormati kebergaman budaya disertakan pemahaman nilai sejarah pasti dalam jangka waktu dekat bonus demografi akan maksimal.

Ketahanan Ekologi

Dalam menghadapi tantangan demografi ketahanan ekologi atau lingkungan juga sangat penting dikarenakan lingkungan sangat mempengaruhi aspek psikologi maupun fisiologi seorang warga negara. Untuk itu perlu di rencanakan jauh-jauh hari sebelum bonus demografi dimulai, konsep tata kota dan tata ruang harus dipikirkan masak-masak agar tidak bersinggungan langsung dengan lingkungan alami. Masalah ketahanan lingkungkan disinggung langsung oleh ketua DPR RI Marzuki Ali dalam pembukaan World Ecological Safety Assembly (WESA) ke-2, di Nusa Dua, Bali, Senin (10/12/2012) ia juga menyangkutkan isu-isu lingkungan seperti global warming, deforestasi, krisis pangan kini makin menjadi kekhawatiran dunia. Dirinya pun menyambut gembira pertemuan WESA pertama yang menghasilkan kesepakatan yang sangat strategis bagi penyelamatan lingkungan. Diharapkan pula, semua negara bahu membahu dalam upaya menghadapi perubahan iklim "climate change" polusi dan naiknya permukaan air laut. Dengan begini maka dalam mempersiapkan ketahanan ekologi kedepan untuk menghadapi tantangan bonus demografi dapat langsung teratasi

Taraf Hidup


Taraf  hidup seseorang diukur oleh  kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang tersedia bagi masyarakat. Biasanya diukur oleh pendapatan nyata per orang, meskipun beberapa pengukuran lain dapat digunakan; contohnya adalah ketersediaan barang (seperti jumlah kulkas per 1000 orang), atau pengukuran kesehatan seperti harapan hidup. Untuk menghadapi tantangan demografi tentunya peningkatan taraf hidup membutuhkan strategi jitu contoh nyata bisa dilihat para petani di desa cihaur, arjasari, kecamatan leuwi sari, singaparna, jawa barat; yang mempunyai metode khusus dalam bertani sehingga mampu meningkatkan taraf hidup dirinya dan keluarganya. Sikap seperti ini adalah yang perlu ditiru oleh masyarakat Indonesia.

Kesehatan 

aspek  Kesehatan adalah ukuran paling penting jika ingin memastikan semua aspek terwujudkan, karena tidak mungkin bahagia seseorang bila sakit-sakitan terus dan tiada yang memperdulikannya, tidak mungkin seseorang belajar dengan konsentrasi penuh jika dirinya sakit, dan tidak akan maksimal pekerjaan seseorang jika dia bekerja dengan kondisi sakit-sakitan. Negara adalah lembaga paling  berpengaruh dalam menjalankan roda kesehatan di masyarakat dengan jalan agar bonus demografi yang digadang-gadang akan memaksimalkan mobilitas penduduk. Jangan sampai kasus pandemi virus Ebola dan MERS-COV yang kini marak di Indonesia dan dunia terulang kembali yang akan menghambat mobilisasi dan bonus demografi pada tahun 2035. Usaha pemerintah pada bidang kesehatan dengan mengeluarkan program asuransi BPJS Kesehatan sebenarnya sudah tepat langkah akan tetapi dalam proses pengimplementasiannya program tersebut banyak penyelewengan seperti tidak terlayaninya secara maksimal pasien pemegang kartu di beberapa daerah contohnya di kabupaten kafamenanu, "disini saya mau katakan bahwa masyarakat TTU dilarang sakit diatas pukul 22.00 WITA karena tidak akan bisa mendapat obat dan alat kesehatan lagi. Masih beruntung kalau pasien yang secara ekonomi mampu bisa membeli hingga Atambua atau Kupang. Bagaimana kalau pasiennya berasal dari warga miskin yang sudah kritis, ya tentu akan pasrah menunggu kematian." Kata anggota DPRD dan Fraksi PKB, Agustinus Siki, kepada kompas.com, jumat (29/8/2014) pagi.

menurut Agustinus, pasien yang mendapat pengobatan di RSUD Kefamenanu bukannya mendapat kesembuhan, melainkan malah sebaliknya, semakain parah karena Rumah Sakit hanya menyediakan tempat tidur, layaknya tempat penginapan. 

Sebaiknya pemerintah dan masyarakat lebih preventif lagi dalam mendongkrak kesehatan kearah yang lebih rill seperti melakukan aktifitas hidup sehat, olah raga teratur, dan menjaga asupan gizi yang baik dalam tubuh. Untuk urusan penyediaan pemerintah seharusnya menyediakan bahan pangan dan air bersih yang mecukupi nilai gizi harian masyarakat Indonesia, kemiskinan juga harus dientas dari bumi Indonesia agar daya beli masyarakat akan bahan pangan cukup gizi bisa terpenuhi. Apalagi pemenuhan gizi balita, demi mempersiapkan generasi emas, bonus demografi dengan mobilitas tinggi. Guru besar bidang ilmu gizi kesehatan masyarakat universitas Indonesia (UI), prof. Endang L. Achadi, M P H, Dr. PH mengtakan bahwa pemenuhan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan sangat penting. Hal ini karena 1000 hari pertama kehidupan terganggu, bayi akan lebih beresiko terkena penyakit kronis di kemudian hari. Apakah mau bangsa ini mempunyai penerus yang berpenyakitan? Tentu tidak kan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun