Mohon tunggu...
Ainun Jariah
Ainun Jariah Mohon Tunggu...

Penulis imaji

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Asal Usul Nama Kanreapia

12 September 2018   10:09 Diperbarui: 12 September 2018   20:08 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DINGIN telah menjelma jadi gigil. Kanreapia telah terkepung oleh kabut. Ini adalah minggu ke tiga setelah kedatangan mahasiswa KKN dari Kampus UIN di desa. Jaket dan kaos kaki rupanya masih berlapis-lapis di tubuh mereka. Merupakan hal yang wajar sebab mereka adalah pendatang berasal dari daerah bersuhu panas dan sekarang sedang ditempatkan di daerah yang memiliki suhu sangat dingin.

***

MALAM mulai merangkak, dingin semakin menusuk. Aliyah dan teman-temannya sedang berkumpul di ruang tamu bersama Imam Dusun yang juga adalah Bapak Posko mereka. Inilah kebiasaan mereka di setiap malam, berkumpul di ruang tamu dan berdiskusi. Seperti malam ini, mereka sedang asyik bercerita dan memperkenalkan tentang adat dan ciri khas dari daerah masing-masing.

Kecuali Aliyah yang duduk di kursi paling pojok sibuk dengan pikirannya sendiri. Sebenarnya Aliyah punya pertanyaan yang sudah ia simpan di benaknya beberapa hari terakhir. Sejak awal ia sudah sangat penasaran dengan asal usul nama dari desa itu.

 "Kenapa desa ini dinamakan Kanreapia? Sebab di kampungku, Kanre artinya makan. Sedangkan Apia bermakna api," katanya dalam hati.

"Apa Bapak tahu mengapa nama desa ini diberi nama Kanreapia? Kemarin saya dengar kalau dulu pendatang diberi peringatan keras agar tidak masuk ke desa ini?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar juga dari mulut Aliyah.

Pak Muin, Bapak posko mereka seketika terkesima dengan pertanyaan Aliyah. Ia mengembuskan asap rokok dari mulutnya sebelum bercerita. Semua perhatian tertuju padanya.

"Baiklah karena Aliyah menanyakan hal itu maka bapak akan menceritakan asal usul kenapa desa ini sampai diberi nama Kanreapia."

***

DULU pada tahun 70-an, banyak yang ingin masuk ke desa ini. Tapi tidak sedikit dari mereka mendapat penolakan dari warga desa. Termasuk Iqbal. Lelaki yang berasal dari Jeneponto, ia jatuh cinta kepada gadis yang berasal dari desa Kanreapia. Gadis itu adalah Syamsiah. Mereka bertemu di Ujung Pandang, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Mereka berdua mahasiswa IKIP Ujung Pandang yang saling jatuh cinta di kampus.

Setelah lulus, Iqbal berencana melamar Syamsiah. Namun saat Iqbal mengutarakan maksud hatinya kepada Syamsiah, kekasihnya itu menjadi sangat murung. Ia ragu, mereka tidak akan direstui. Selain daerah tempat tinggal Syamsiah sangat dingin, ia juga merupakan anak tunggal dari Puang Aso'. Kalau pun ia direstui untuk menikah, ia masih tidak yakin akan diizinkan untuk tinggal dengan Iqbal di Jeneponto.

Namun, jika Iqbal  tinggal di Kanreapia, itu sama halnya Syamsiah membunuh Iqbal secara perlahan-lahan.

***

SEBAGAI lelaki yang tidak ingin putus cinta, Iqbal memberanikan diri datang ke Kanreapia untuk melamar Syamsiah. Meskipun Syamsiah sudah memperingatkan Iqbal bahwa kampung tempat orang tuanya bermukim sangatlah dingin dan tidak sembarang orang yang bisa bertahan hidup di sana. Tapi  ia tak mengacuhkan peringatan Syamsiah.

Pagi itu Iqbal melajukan kuda besinya dari Ujung Pandang menuju Kanreapia. Butuh waktu lima jam untuk sampai di desa itu. Ditambah dengan jalan yang belum beraspal dan berkelok-kelok membuat perjalanannya semakin lama.

Saat memasuki daerah Malino, dingin mulai memeluk tubuhnya. Iqbal menggigil. Ia tak ingin menyerah. Bahkan ia semakin mempercepat laju kendaraannya.

Saat itu motor merupakan kendaraan yang masih sangat langka. Dengan susah payah ia akhirnya tiba di Kanreapia. Namun, sesampai di kampung yang berada tepat di kaki Gunung Bawakaraeng itu, tubuh Iqbal mulai memucat dan wajahnya membiru. Jangankan Iqbal yang berasal dari daerah luar, masyarakat Kanreapia sendiri merasakan dingin yang amat sangat di kampungnya. Terlebih Iqbal, yang berasal dari daerah panas.

Sayangnya, Iqbal yang berniat untuk meminang kekasihnya demi menjemput kebahagiaannya itu malah harus lebih dulu dijemput maut di kampung orang.

***

SETELAH mendengar cerita dari Pak Muin, Aliyah menjadi paham. Pendatang dilarang masuk ke desa itu dengan alasan untuk kebaikan mereka sendiri, bukan karena warga desanya yang sombong. Hanya saja karena warga desa tahu, mereka para pendatang akan meninggal jika masuk dan tinggal di desa mereka. Bahkan warga desa sendiri baru bisa merasakan panas ketika berada di depan api unggun hingga tangannya menyentuh api dan terbakar.

"Inilah alasan mengapa desa ini diberi nama Kanreapia," tutup Pak Muin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun