Mohon tunggu...
Aini Farida
Aini Farida Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Hidup adalah pengabdian. Berusaha ikhlas untuk mendapat ridho Ilahi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nasib Joko Si Anak Disabilitas

3 Agustus 2022   21:40 Diperbarui: 3 Agustus 2022   21:54 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu begitu cerah. Mentari bertengger dengan sejuta senyum, memberikan ruang kebebasan  untuk menjalankan aktivitas.  Senyuman dan keceriaan anak anak pun terburai.  Namun ada satu senyuman yang sulit diartikan. 

Dengan seksama ku perhatikan sosok yang agak berbeda dengan anak seusianya. Sepintas sosok sebagai siswa SMP, namun masih berstatus siswa SD.  "Siapa dia, " Tanyaku kepada para guru. Maklumlah, aku sebagai orang baru disekolah tersebut. Baru beberapa hari kami ada rolling penempatan tempat tugas. 

"Namanya Joko,  dia  tidak bisa membaca".  Celetuk  salah satu guru.  "Kelas berapa",  tanyaku lagi.  "Kelas 5 Bu, katanya lagi. " Lho..lho...., Kok bisa", sahutku. 

"Dia kurang bisa ngomong,"  Guru menjelaskan lagi" iya .. nanti coba saya berusaha menanganinya, kataku menyakinkan pada guru tersebut. Dalam hal ini, aku sangat optimis  karena sering berhadapan dengan   anak-anak  yang bermasalah. 

Beberapa saat terlupakan tentang anak itu. Banyak aktifitas yang aku lakukan, .mengingat saat itu banyak data  yang harus dibuat  baik  manual hingga yang bersifat digital. Untuk menciptakan suasana santai, aku duduk di kursi  ruang  kantor sedangkan operator menempatkan posisi di meja kerja. Untuk mengefektifkan waktu melakukan pembagian tugas hal yang paling tepat.

"Tok .., tok.., tok.., " 

Suara.ketukan mengejutkan keheningan. Secara reflek pandangan kami tertuju pada seseorang. Dengan sikap yang sopan ia memberi salam dengan bahasa isyarat. Kami menyambut dengan senyuman dan mempersilahkan masuk.  

Beberapa saat komunikasi berlanjut, ternyata dia menawarkan buku bahasa isyarat.  Masya Allah , ada.orang yang disabilitas, namun mampu menjadi salesman. Dengan lincahnya menjelaskan dengan mimik dan gerakan tangan. Seketika guru-guru  pun nimbrung karena penasaran. 

Keakraban telah  tercipta, namun ada  beberapa kode isyarat  yang kurang kami mengerti. Dia memahami hal itu, dengan sigap  menuliskan perkataan  dalam bahasa tulis.  Kami terkesima, tulisannya sangat bagus dan rapi. Kemudian dia menatap kami dan  menyodorkan buku.  "ibu berminat? Begitu kira-kira pertanyaan yang ia lontarkan.    Secara reflek  aku mengangguk. Melihat suasana itu, senyuman kecil terlontar dari kawan-kawan guru. Sebenarnya aku ragu,  apakah kamu  mampu mempelajarinya. Namun paling tidak dapat digunakan sebagai referensi.

Pada hari  berikutnya  kami mengadakan rapat guru.  Diskusi tengah berlangsung. Kesulitan pembelajaran di kelas,  itulah yang menjadi topik pembahasan.  Lagi+lagi guru kelas 5 mengeluhkan siswa yang bernama Joko.  "Saya tidak sanggup" kata Bu Rina guru kelas 5. "Ya sudah,  bawa ke kantor.biar saya yang menangani", jawabku dengan penuh percaya diri.

Pagi itu  Joko ke ruangan ku atas rekomendasi guru kelasnya. "Ayo duduklah"  Aku memulai pembicaraan. "Hhh" jawabnya kurang begitu jelas.  "Kamu bawa buku?  Betapa kagetnya, dia menjawab kata  hanya dengan suara  vokal.  Aku berpikir keras, bagaimana aku harus memulai. Aku masih ingat akan buku yang ku beli beberapa.waktu lalu. Apakah bisa dipelajari dalam waktu singkat? Keraguan mulai muncul karena baru kali ini berhadapan dengan kondisi seperti ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun