Di sebuah kampung kecil, hiduplah seorang pemuda bernama Resa. Ia selalu tampak sangat ramah di hadapan warga. Setiap ada kegiatan kerja bakti dan kumpul warga, ia selalu yang paling dulu datang. Orang-orang pun kagum dengan kedisiplinannya.
Suatu pagi, Resa berjalan sambil tersenyum.
"Resa, kamu memang pemuda yang sangat teladan. Selalu hadir kalau ada kerja bakti," kata Pak David, tetangga sebelah rumah.
Resa tersenyum lebar. "Iya, Pak... saya cuma ingin bantu. Bukankah kita harus saling tolong menolong antar warga?"
Padahal, dalam hati Resa berbisik:Â
"Kalau mereka sudah percaya, nanti akan gampang kuatur semuanya."
--
Beberapa hari kemudian, desa merencanakan pembangunan jembatan bersama. Dalam rapat, semua warga sepakat untuk menunjuk Resa sebagai bendahara.
"Resa orang yang dapat bisa dipercaya. Dia rajin, jujur, dan peduli" kata Pak Lurah.
"Terima kasih atas kepercayaan ini. Saya akan menjaga amanah ini dengan baik" kata Resa kepada seluruh warga.Â
Beberapa bulan kemudian, jembatan akhirnya selesai dibangun. Sayangnya, bahan yang digunakan adalah bahan murah seperti kayu tipis, paku seadanya, dan pondasi yang lemah.
Saat peresmian jembatan, warga bersorak gembira.
"Terima kasih, Resa! Karena kamu, warga sekitar bisa melewati sungai dengan aman dan tidak memutar melewati jalan yang jauh lagi" kata seorang ibu sambil tersenyum bahagia.Â
"Dan anak-anak bisa sekolah tanpa harus menyeberang sungai dengan rakit," kata ibu-ibu yang lain.Â
Resa kembali tersenyum lebar, tapi dia merasa sedikit cemas.Â
--
Beberapa hari setelahnya, hujan sangat deras mengguyur desa. Air sungai semakin naik, arus air yang kuat menghantam tiang jembatan. Dalam sekejap, jembatan itu roboh. Seorang warga hampir hanyut, beruntung segera diselamatkan.Â
Keesokan harinya, warga berkumpul di balai desa. Suasana menjadi panas dan penuh amarah.
"Kenapa jembatan cepat sekali ambruk? bahkan belum ada satu bulan jembatan itu selesai di bangun" tanya Pak Lurah tajam.
Pak David menggebrak meja. "Dana iuran kita besar, seharusnya bisa untuk membangun jembatan yang kokoh. Kenapa baru beberapa hari jembatan itu di bangun langsung ambruk. Ada apa ini, Resa?!"
Wajah Resa tampak pucat. "Sa-saya... saya hanya meminjamnya sebentar. Saya akan kembalikan uang itu, sungguh..."
Pak lurah menatap Resa kecewa. "Jadi selama ini kamu berpura-pura peduli dan ramah hanya untuk mengambil keuntungan sendiri?"
Resa terdiam. Hingga akhirnya dia buka suara. "Saya... saya hanya ingin dihormati, Pak. Saya takut akan dianggap tidak berguna."
Pak Lurah memukul meja keras. "Kau sudah menghancurkan kepercayaan orang lain! Hormat tidak akan pernah datang dari berpura-pura ramah. Orang yang munafik akan jatuh lebih rendah daripada orang jujur yang sederhana."
Sejak hari itu, Resa dijauhi oleh warga. Senyumannya tak bisa lagi dipercaya. Ia akhirnya sadar, dengan berpura-pura baik dan ramah tak akan pernah mampu menutupi hatinya yang kotor. Cepat atau lambat orang akan tau sifat aslinya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI