Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jebakan Narasi Damai: Senjata Baru Otoritarianisme Modern

11 Oktober 2025   01:00 Diperbarui: 6 Oktober 2025   14:21 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita bisa melihat gaungnya pada Aksi Kamisan. Protes itu konsisten dan damai, tapi pemerintah belum merasa perlu merespons. Karena dianggap tak mendesak, ia mudah diabaikan.

Bisa jadi protes damai tidak menimbulkan biaya politik yang cukup mahal bagi rezim. Maka depolitisasi dilanjutkan lewat narasi tandingan.

Ketika ada seruan Indonesia Gelap, muncul balasan #IndonesiaTerang. Perdebatan pokok pun ditarik ke arena slogan, bukan substansi.

Tuntutan warga dipinggirkan, seruan perdamaian yang diorkestrasi pihak berkuasa menenggelamkan suara organik dari jalanan. Protes damai, pada akhirnya, bisa kabur dari tuntutannya sendiri.

Ini bukan berarti protes damai itu salah. Yang jadi soal adalah perangkap narasi damai versi otoritarianisme.

Protes damai bisa berujung tragedi. Ingat Tiananmen, 1989. Aksi tanpa kekerasan itu berakhir dengan pembantaian massal.

Arsip Dubes Inggris, Alan Ewen Donald (2017), menyebut perkiraan korban sipil tewas di kisaran 10.000 jiwa.

Jadi fokusnya bukan semata pada metode protes. Yang perlu kita awasi adalah bagaimana kekuasaan mengintervensi ranah pengetahuan dan wacana. Lalu mengebiri daya disruptif rakyat.

***

Referensi:

  • Chenoweth, E., & Stephan, M. J. (2011). Why Civil Resistance Works: The Strategic Logic of Nonviolent Conflict. Columbia University Press.
  • Donald, A. E. (1988--1991). Declassified Archive of Alan Ewen Donald, UK Ambassador to China. UK National Archives (Dideklasifikasi 2017).
  • Flindes, M., & Buller, J. (2006). Depoliticisation: Principles, Tactics and Tools. British Politics, 1(2), 293--318.
  • Gillion, D. Q. (2013). The Political Power of Protest: Minority Activism and Shifts in Public Policy. Cambridge University Press.
  • Kronik Otoritarianisme Indonesia. (2025). [Informasi penerbit dan tempat terbit tidak tersedia, diasumsikan sebagai sumber anonim].
  • Taqwah, R. (2013). Politik Citra dan Implikasinya dalam Pemilihan Umum Era Reformasi. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
  • Treccani. (2018). Strategia della Tensione (Dizionario di Storia). Enciclopedia Treccani.
  • Weiss, J. C., & Dafoe, A. (2019). Authoritarian Audiences, Rhetoric, and Propaganda in International Crises: Evidence from China. International Organization, 73(1), 125--158.
  • Wilson, D. (1977). Mao Tse-Tung in the Scales of History. Cambridge University Press.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun