Bergerak menuntut perubahan butuh siasat yang cerdas. Bukan sekadar lantang, tapi tahu kapan menepi dan kapan menekan. Itulah yang dilakukan Aktivis Suara Ibu Peduli (SIP).
Mereka tidak memilih adu keras kepala dengan kekuasaan Orde Baru. Mereka masuk lewat pintu yang tampak jinak: isu domestik, terutama soal susu dan peran ibu (Historia.ID, 2018).
Orde Baru membentuk stereotip tentang ibu sebagai “tiang negara” yang tugasnya berhenti di wilayah rumah tangga. Patuh, rapi, dan tak banyak bertanya. Organisasi resmi seperti Dharma Wanita ikut mengulang-ulang pesan itu.
SIP memutar balik stereotip tersebut menjadi perlindungan sekaligus peluru. Mereka sengaja memakai identitas “ibu-ibu” sebagai tameng simbolik, sesuatu yang sulit ditindas tanpa risiko balik.
Dari sini, ideologi Ibuisme Negara justru dipelintir dan dipakai untuk menyerang balik.
Sumber inspirasinya juga jelas. Mereka menengok ke Argentina, ke kelompok legendaris Ibu-Ibu Plaza de Mayo yang menuntut kejelasan nasib anak-anak yang diculik paksa, para desaparecidos, dan menantang tirani di negeri mereka (ICNC).
Aksi pertama kelompok Argentina itu terjadi pada 30 April 1977 di depan Istana Casa Rosada. SIP menyerap semangat itu, lalu menyesuaikannya dengan konteks krisis moneter Indonesia (European Parliament).
Situasinya kala itu panas. Harga kebutuhan pokok mendadak melonjak, terutama pada Februari 1998. Susu menjadi komoditas mewah. Di beberapa daerah, kenaikannya diberitakan sampai 400 persen (CNBC Indonesia, 2025).
Ini bukan sekadar angka di koran, tapi urusan dapur di setiap rumah. SIP melihat celahnya. Dari dapur, pintu menuju protes politik bisa dibuka.
Mereka kemudian menggelar aksi “jual susu murah”. Mulai 20 Februari 1998, kegiatan ini tampil sebagai bentuk keprihatinan domestik yang tulus, sekaligus kritik politis yang sengaja disamarkan.
Mereka memilih tanda yang bisa dibaca ganda. Poster-poster menulis kalimat yang terdengar main-main tapi tajam: “Turunkan su... su!” (Jurnal Perempuan). “Su” tentu merujuk pada susu, tetapi semua orang tahu bayang siapa yang dituju.