Cinta sering dibilang mampu mengubah banyak hal. Termasuk cara seorang laki-laki memandang dunia. Tiba-tiba ia melihat pengalaman perempuan dengan kacamata yang berbeda.
Ada ide menarik di sini, dan ia punya pijakan pada pengamatan sosial. Bahwa hubungan asmara bisa jadi jalan yang kuat untuk membuat laki-laki sadar soal seksisme.
Isunya penting. Masalahnya, banyak yang tidak sadar. Karena mereka tidak pernah mengalaminya sendiri.
Bukan sekadar dugaan. Ini proses psikologis yang bisa dijelaskan secara ilmiah.
Logikanya sederhana. Seorang laki-laki menjalani hubungan.
Ia mendengar cerita pasangannya tiap hari. Tentang pendapat yang diabaikan di rapat. Tentang candaan tak pantas dari rekan kerja.
Awalnya mungkin hanya lewat begitu saja. Namun seiring waktu, sesuatu bergeser. Ikatan emosional makin dalam. Cerita-cerita itu meresap.
Proses ini dikenal sebagai perspective-taking. Dimana seseorang mencoba menapaki dunia orang lain. Melihat dari sudut pandang berbeda (Tirto.id, 2025).
Laki-laki itu mulai bertanya pada diri sendiri. Bagaimana jika itu terjadi padanya. Atau pada orang yang ia sayangi.
Pelan-pelan empati tumbuh. Isu yang dulu terasa abstrak berubah menjadi urusan pribadi.
Bentuk ketidakadilan itu beragam. Tidak melulu pelecehan yang terang-terangan.
Ada juga versi halus yang kadang tidak disadari. Berupa bias gender tersembunyi.
Misalnya, kontribusi perempuan dinilai lebih rendah daripada laki-laki. Padahal kualitas pekerjaannya setara.
Ini manifestasi stereotip yang sudah lama mengakar di struktur sosial kita (Jurnal Sawwa Walisongo, 2015).
Ketika pasangannya mengalaminya langsung, laki-laki itu dipaksa melihat dampaknya, jelas di depan mata.
Apakah pencerahan ini selalu mulus? Tentu tidak. Gagasannya bertumpu pada asumsi bahwa semua laki-laki akan berempati.
Nyatanya, tidak sedikit yang justru defensif. Mereka bisa menuduh pasangan terlalu sensitif.
Sikap defensif ini mekanisme pertahanan psikologis yang umum. Biasa muncul saat keyakinan lama diguncang (Hello Sehat, 2020).
Mengakui adanya seksisme itu berat. Artinya sistem yang selama ini berjalan tidak adil. Mungkin bahkan menguntungkan dirinya. Kesadaran semacam itu tidak nyaman.
Lalu ada jurang antara sadar dan bertindak. Seorang laki-laki bisa saja paham sepenuhnya. Bahkan marah ketika pasangannya direndahkan.
Tapi apakah ia berani menegur temannya saat lelucon seksis terlontar? Menjadi sekutu yang sungguh-sungguh, butuh lebih dari rasa iba personal.
Perlu keberanian menantang norma, menahan ego, dan mengambil langkah nyata di lingkungannya sendiri (Binus University, 2025).
Dari sini, muncul cara pandang yang lebih kritis. Mungkin kesadaran itu sendiri bukan solusi. Melainkan gejala dari masalah yang lebih besar.
Banyak laki-laki baru benar-benar peduli ketika ada ikatan pribadi. Pahitnya, pengalaman jutaan perempuan lain belum cukup untuk menggerakkan hati. Seolah belum dianggap penting.
Hubungan asmara bisa efektif sebagai jendela. Ia membuka pandangan seorang laki-laki pada realitas yang sebelumnya tak terlihat.
Hanya saja, itu baru langkah awal. Kesadaran yang tulus sebaiknya terus berkembang.
Dari melindungi orang terdekat, menjadi komitmen memperjuangkan keadilan untuk semua. Terlepas ada atau tidak ada koneksi personal.
***
Referensi:
- Character Building Development Center, Bina Nusantara University. (2025, 14 April). Peran Laki-Laki dalam Mewujudkan Kesetaraan Gender: Mengatasi Ego dan Stereotip. Character Building. Diperoleh dari https://binus.ac.id/character-building/2025/04/peran-laki-laki-dalam-mewujudkan-kesetaraan-gender-mengatasi-ego-dan-stereotip/
- Cholandha, Y. (2025, 13 Agustus). Hubungan Asmara Bisa Bikin Laki-laki Lebih Sadar akan Seksisme. Tirto.id. Diperoleh dari https://tirto.id/hubungan-asmara-bisa-bikin-laki-laki-lebih-sadar-akan-seksisme-hfF2
- Hello Sehat. (2023, 22 November). Ciri-Ciri Sikap Defensif, Pertahanan Diri yang Berefek Negatif. Diperoleh dari https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/sikap-defensif/
- Insaekhana, M. (2014). Seksisme dalam Sains. SAWWA: Jurnal Studi Gender, 8(2). Diperoleh dari https://journal.walisongo.ac.id/index.php/sawwa/article/download/659/597/1190
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI