Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Sekedar Sekutu Belanda, Ini Alasan Jepang Tawan Warga Tionghoa

26 Agustus 2025   17:00 Diperbarui: 25 Agustus 2025   16:43 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamp Interniran Zaman Jepang. (FOTO/Wikipedia)

Di Jawa, 542 Hoakiau ditangkap dan diinternir. Mereka dikurung sampai perang berakhir. Beberapa menyamar dengan nama Belanda. Justru itu membuat mereka mudah ditemukan.

Jurnalis Nio Joe Lan menjadi saksi mata. Ia menulis memoar Dalem Tawanan Djepang (2008). Nio bercerita pengalaman di tiga kamp.

Di Bukit Duri kondisinya memprihatinkan. Para tawanan harus tidur berdesakan. Ruangan itu sangat sempit. Makanan juga tidak adil.

Tawanan Belanda dapat roti dan sup. Tionghoa cuma dapat nasi dan kangkung.

Tidak semua etnis Tionghoa ditangkap. Jepang punya strategi lain. Mereka wajibkan semua Tionghoa mendaftar. Yang terdaftar harus bersumpah setia.

Mereka diberi kartu khusus. Kartu ini wajib dibawa. Jepang juga membentuk organisasi HTCH. Organisasi ini alat propaganda. Fungsinya juga beri bantuan sosial.

Keadaan kamp tidak selalu sama. Nio Joe Lan pindah ke Cimahi. Kondisinya jauh lebih baik. Ia tiba di sana Februari 1944. Tahanan tidak lagi di sel sempit. Mereka ditempatkan di rumah-rumah.

Hidup di sana seperti kota kecil. Mereka boleh berdagang dan menanam kebun. Mereka bahkan membentuk komunitas.

Ada layanan medis dan teknis. Total tawanan di sana 10.000 orang. Mereka bercampur antara Tionghoa dan Belanda.

Beberapa tokoh penting ditahan di Cimahi. Salah satunya Khouw Kim An. Dia adalah Mayor Cina terakhir Batavia. Ia meninggal di sana Februari 1945.

Ada juga penganut Freemasonry. Mereka juga ditahan di sana. Mereka bahkan membentuk loji darurat. Loji itu dinamakan De Beproeving (Dr. Th. Stevens, 2004).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun