Pemimpin sering memakai satu resep ampuh. Itu resep untuk menyatukan publik. Caranya dengan menciptakan musuh bersama.
Sosok musuh ini bisa siapa saja. Musuh itu bisa kelompok tertentu. Bisa juga berupa negara lain.
Narasi tersebut memang terdengar sederhana. Pemimpin itu lalu menakut-nakuti rakyat. Lalu rakyatnya pun menjadi patuh.
Namun, apakah ceritanya selalu sesederhana itu? Fenomena ini tampak seperti taktik politik.
Akarnya sering kali lebih dalam. Akar itu ada pada psikologi massa. Juga pada kondisi sosial sebuah negara.
Kita sering berpikir masyarakat adalah korban. Mereka dianggap hanya menelan propaganda.
Padahal, peran masyarakat mungkin lebih aktif. Sebagian orang setuju narasi pemimpin. Mereka ikut menyebarkannya secara sukarela.
Mungkin narasi itu sesuai keyakinan mereka. Atau bisa jadi mereka merasa diuntungkan. Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik.
Pemimpin itu menyajikan sebuah cerita. Sebagian masyarakat lantas menyambut cerita itu. Ini menciptakan siklus pembenaran yang kuat.
Para pemimpin populis biasanya sangat lihai. Mereka jarang menciptakan musuh dari nol. Karena itu adalah pekerjaan yang sulit.
Jalan termudah adalah memakai ketakutan lama. Contohnya adalah trauma komunisme di Indonesia.