Mereka memilih merapat ke Amerika Serikat. Langkah G42 di UEA sangat nyata. Mereka melepas semua teknologi dari Tiongkok (Reuters, 2024).
Tujuannya agar bisa bekerja sama penuh. Mereka ingin bekerja sama dengan mitra AS. Pilihan ini sebenarnya sangat masuk akal.
Teknologi AI terdepan dikuasai oleh AS. Terutama soal cip semikonduktor canggih. Akses ke sana menjadi kunci mutlak.
Namun, langkah ini melahirkan sebuah ironi. Mereka ingin lepas dari jeratan minyak. Tapi mereka masuk ketergantungan baru. Ketergantungan pada teknologi dari Washington.
Lalu, apa motif terdalam mereka? Secara resmi, jawabannya adalah faktor ekonomi. AI adalah fondasi ekonomi masa depan. Ini sejalan dengan visi nasional mereka.
Visi seperti "Saudi Vision 2030". Ini adalah cara untuk bertahan hidup. Terutama saat minyak tak jadi primadona.
Tapi, mungkin ada motif lain tersembunyi. AI adalah alat pengawasan sangat efektif. Ia bisa memantau dan mengendalikan masyarakat. Ia melakukannya dengan presisi sangat tinggi.
Banyak lembaga HAM merasa sangat khawatir. Mereka khawatir teknologi ini disalahgunakan. Ia bisa perkuat praktik represif yang ada (Detik News/DW, 2023).
Jadi, tujuan kontrol sosial mungkin sama besarnya. Tujuan ini berjalan beriringan dengan ekonomi.
Pada akhirnya, kita sedang menyaksikan sesuatu. Ini bukan perlombaan teknologi biasa. Ini adalah sebuah pertaruhan sangat besar.
Arab Saudi dan UEA punya tujuan. Mereka tak mau jadi konsumen premium. Mereka ingin menjadi pusat kekuatan regional.