Ini bukan satu-satunya kebijakan yang batal. Hal serupa terjadi pada larangan horeg. Juga pada wacana lima hari sekolah.
Kemudian muncul kabar lain yang menyakitkan. Sekitar 220 pegawai honorer telah dipecat. Mereka bekerja di RSUD RAA Soewondo. Itu adalah rumah sakit milik pemerintah (BeritaSatu.com, 2025).Â
Banyak dari mereka sudah mengabdi lama. Mereka mengabdi selama belasan tahun.Â
Ironisnya, manajemen membuka rekrutmen baru. Rekrutmen itu untuk 330 pegawai.Â
Bagi para pekerja, ini tidak adil. Kabar itu juga tanpa rasa empati. Hal itu mendorong mereka siap beraksi (RRI.co.id, 2025).Â
Mungkin ada alasan penyesuaian status pegawai. Sesuai dengan aturan pemerintah pusat.Â
Namun cara eksekusinya meninggalkan luka dalam.
Kemarahan publik akhirnya mencapai puncaknya. Aliansi masyarakat merencanakan sebuah aksi. Aksi itu adalah demonstrasi besar-besaran.Â
Aksi direncanakan pada tanggal 13 Agustus. Ribuan aparat keamanan ikut dikerahkan (Tribunnews.com, 2025).Â
Bupati lalu mencoba melakukan sebuah dialog. Ia mendatangi salah satu posko aksi.Â
Namun kunjungannya tidak disambut dengan baik. Ia justru disoraki oleh massa.Â