Tahun 1967 menjadi sebuah babak kelam. Itu adalah sejarah panjang bagi Gontor. Sebuah pergolakan sosial besar terjadi. Padahal pondok itu selama ini tenang.Â
Peristiwa internal ini kemudian dikenal luas. Sebutannya adalah Peristiwa Persemar 1967. Sumbernya dari Situs Resmi Gontor (2023).Â
Cerita yang beredar terdengar sederhana. Kisah itu terus menerus diwariskan. Para alumni banyak menuliskan catatannya. Hal itu dimuat di Kompasiana (2015).Â
Dikatakan guru dan santri senior. Mereka semua merasa sangat tidak puas. Pemicu utamanya soal masalah kesejahteraan. Juga soal penurunan kualitas makanan. Makanan itu mereka terima setiap hari.Â
Ketidakpuasan ini kemudian terus membesar. Lalu menjadi sebuah upaya makar.Â
Upaya makar itu sangat frontal. Mereka mencoba menggulingkan pimpinan Trimurti. Mereka melakukannya dengan cara terbuka. Trimurti adalah pilar utama pondok.
Namun, apakah krisis sebesar itu sederhana? Bisakah dijelaskan dengan sangat mudah?Â
Sejarah sering kali lebih rumit. Jauh lebih rumit dari cerita resminya. Masalah perut dan makanan hanyalah fasad. Itu hanyalah puncak dari gunung es.Â
Di bawah permukaan ada akar masalah. Masalah itu lebih fundamental sekali. Masalah itu sudah lama terpendam. Jika ditelaah lebih dalam lagi.Â
Persoalan ini menyentuh inti manajemen. Manajemen sebuah institusi pendidikan berasrama. Ini bukan lagi soal nasi. Bukan pula soal lauk-pauk.Â
Ini sudah menjadi persoalan sistem. Juga masalah komunikasi dan kepemimpinan. Kepercayaan di dalamnya telah terkoyak.