Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Dibangunkan Paksa, Begini Cara Aman Hadapi Orang Tidur Berjalan

12 Agustus 2025   13:00 Diperbarui: 10 Agustus 2025   22:30 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sleepwalking. (via Kompas.com)

Malam hari suasananya sangat sunyi. Tiba-tiba terlihat seseorang sedang berjalan. Dia berjalan di dalam rumah. Matanya terbuka dengan tatapan kosong. Pemandangan ini dapat memicu ketakutan. 

Lalu muncul sebuah pertanyaan penting. Haruskah ia segera dibangunkan? Banyak orang sangat meyakini sesuatu. Membangunkan orang tidur berjalan berbahaya. 

Mitos itu telah beredar luas. Tindakan ini bisa memicu jantung. Bahkan dapat menyebabkan kerusakan otak. Namun apakah klaim itu benar? Apakah ada dasar ilmiah kuat? Mari kita telusuri semua faktanya.

Fenomena tidur berjalan disebut somnambulisme. Ini adalah salah satu bentuk parasomnia. Parasomnia adalah perilaku abnormal tidur (Siloam Hospitals). 

Kondisi ini terjadi saat seseorang bangkit. Mereka bangkit dari tidur nyenyaknya. Lalu melakukan aktivitas orang sadar (Scribd, 2019). 

Tidur berjalan terjadi pada fase tidur. Yaitu pada fase tidur terdalam. Fase itu adalah NREM tahap 3. Aktivitas otak berada level minimal. Sehingga mereka sulit sekali dibangunkan (KlikDokter). 

Hal ini juga didukung data lain (Digilib Unila, 2023). Jika mereka berhasil dibangunkan paksa. Mereka akan menjadi sangat bingung. Mereka juga mengalami disorientasi parah. Kondisi ini dapat memicu reaksi. Reaksi agresif muncul karena terkejut (KlikDokter).

Mitos membangunkan penderita tidur berjalan. Dapat sebabkan serangan jantung fatal. Atau bahkan kerusakan pada otak. Mitos itu tidak didukung bukti (Turubed). 

Para ahli medis telah menegaskannya. Lonjakan adrenalin akibat rasa kaget. Masih dapat ditoleransi oleh tubuh (Hello Sehat). 

Hal ini juga didukung Alodokter. Bahaya sejati tidur berjalan berbeda. Bukan terletak pada proses membangunkannya. Melainkan pada aktivitas penderita sendiri (Halodoc). 

Saat mereka sedang tidak sadarkan diri (Alodokter). Mereka berisiko mengalami kecelakaan fatal. Seperti risiko terjatuh dari tangga. Mereka bisa keluar rumah lalu tersesat. Bahkan menggunakan benda sangat tajam. Semua dilakukan tanpa menyadarinya (Halodoc).

Menghadapi orang tidur berjalan butuh cara. Harus dilakukan pendekatan yang tepat. 

Cara terbaik adalah tidak membangunkan. Jangan membangunkan mereka secara paksa. Arahkan mereka kembali ke tempat tidur. Lakukan dengan tenang dan perlahan (Halodoc). 

Pastikan lingkungan sekitar selalu aman. Singkirkan semua benda-benda berbahaya. Kunci semua pintu serta jendela. Ini untuk membatasi ruang geraknya (Alodokter). 

Jika penderita itu akhirnya terbangun. Mereka akan mengalami kebingungan sementara. 

Ini dikenal sebagai nama sleep inertia. Bisa berlangsung selama tiga puluh menit. Bahkan hingga satu jam lamanya. Ini mengganggu fungsi kognitif mereka (DokterSehat). Kondisi ini hanya sementara saja (Jawapos).

Tidur berjalan lebih umum pada anak. Terutama yang berusia empat tahun (Halodoc). 

Hingga usia sekitar delapan tahun. Sebuah penelitian telah menunjukkan sesuatu. Anak dengan orang tua penderita. Lebih rentan mengalami kondisi serupa. Biasanya kondisi akan membaik sendiri. Seiring dengan bertambahnya usia mereka (Bobo Grid). 

Alodokter juga mendukung pernyataan itu. Faktor pemicu pada orang dewasa. Juga pada anak-anak seringkali berkaitan. Berkaitan dengan gaya hidup mereka (Honestdocs). 

Misalnya seperti kurangnya waktu tidur. Dan juga karena tingkat stres tinggi. Oleh karena itu perbaiki kualitas tidur. Mengelola stres adalah pencegahan penting. 

Jika kondisi terjadi terus menerus. Dan sangat mengganggu aktivitas harian. Sangat disarankan berkonsultasi dengan dokter. Untuk penanganan yang lebih lanjut (Halodoc).

***

Referensi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun