Patung penyu di Palabuhanratu menjadi perbincangan. Lokasinya di Alun-alun Gadobangkong, Sukabumi. Kondisi patung tersebut telah rusak.Â
Banyak orang yang salah paham. Mereka menduga biaya patung sangat mahal. Yaitu mencapai Rp15,6 miliar. Padahal patung terbuat dari bambu. Anggaran itu untuk seluruh alun-alun (kumparan, 2024).Â
Hal ini diliput Detik Sumut, 2024. Biaya patung penyu sendiri lebih kecil. Biayanya hanya sekitar Rp30 juta. Kini patung itu sudah diperbaiki. Perbaikan pada Juli 2025 (Sukabumi Update, 2025).Â
Peristiwa ini memicu diskusi baru. Yaitu tentang makna penyu bagi Sukabumi. Maknanya lebih dari sekadar logo. Atau sekadar patung rusak belaka.
Penyu hijau (Chelonia mydas) adalah simbol. Simbol penting bagi Kabupaten Sukabumi. Ini dibuktikan dengan Balai Penangkaran. Lokasinya di Pantai Pangumbahan (MUKTI et al., 2013).Â
Kawasan ini merupakan bagian vital. Bagian dari Ciletuh Palabuhanratu Geopark. Geopark tersebut diakui oleh UNESCO. Hal ini menunjukkan nilai besar penyu. Nilainya untuk keanekaragaman hayati dunia (Kompasiana, 2020).Â
Diliput juga oleh Sukabumi Update, 2022. Pengakuan ini dikukuhkan oleh pemerintah. Melalui Keputusan Menteri Kelautan Perikanan. Yaitu Nomor 5/KEPMEN-KP/2016. Dikutip dari ejournal-balitbang.kkp.go.id (2016).
Namun konservasi penyu hadapi tantangan. Populasi penyu hijau terus menurun. Ini terjadi di Pangumbahan (Neliti, 2018).Â
Perburuan liar masih marak terjadi. Ada berbagai motif perburuan itu. Mereka mengambil karapaks dan plastron. Untuk dijadikan sebagai hiasan dinding. Ada juga perburuan telur penyu. Telurnya dipercaya sebagai obat kuat (YKL Indonesia).Â
Kabar dari Sukabumi Update, 2022. Ancaman ini sangat nyata serius. Terbukti dari adanya operasi penyitaan. Mereka menyita telur penyu ilegal. Ini menunjukkan tekanan perburuan tinggi. Walau sudah ada upaya penangkaran (Antara News, 2009).Â
Mongabay juga pernah melaporkannya (2012).