Tradisi Dandangan di Kudus menyimpan narasi menarik. Jejak dakwah Sunan Kudus menjadi fondasi utamanya (Kompas.com, 2022; Sorot Nuswantoro News, 2023).Â
Tiap tahun, ribuan orang berkumpul. Mereka menanti pengumuman datangnya bulan Ramadan (Espos.id). Dahulu tradisi ini berlangsung sederhana.Â
Beduk dipukul dua kali. Sunan Kudus memberi tausiah kepada santrinya (Radar Kudus; Bincang Muslimah, 2024).Â
Momen sakral ini berpusat. Hal ini pada penetapan awal puasa. Nuansa spiritualnya sangat kental. Masyarakat berfokus pada persiapan batin.
Namun zaman telah berubah. Kini Dandangan telah bermetamorfosis menjadi festival.Â
Tradisi ini tidak hanya soal beduk. Tausiah pun bukan satu-satunya hal. Pasar malam menjadi daya tarik utama (Isknews.com, 2024; Metro TV News).Â
Durasi festival modern ini lebih panjang. Acara sering berlangsung sebulan penuh. Waktunya menjelang datangnya bulan Ramadan. Pedagang dari berbagai kota datang. Mereka membuka stan kuliner (Islami.co; PPID Kudus Kab).
Fenomena ini memunculkan pertanyaan penting. Apakah Dandangan masih tradisi spiritual? Atau sudah berubah menjadi acara komersial?Â
Sebagian orang berpendapat ini evolusi wajar. Tradisi harus dapat bertahan. Ini agar tradisi dapat bertahan di era modern (VIVA.co.id, 2024).Â
Aspek ekonomi menjadi penting. Festival ini menggerakkan roda ekonomi lokal. Hal itu melibatkan ratusan UMKM. Ini menarik puluhan ribu pengunjung tiap tahun (PPID Kudus Kab).
Di sisi lain, ada pandangan skeptis. Mereka melihat adanya pergeseran makna. Inti spiritual tradisi ini memudar (Kompasiana, 2024; Jurnal Istiqomah).Â