Ada syarat khusus. Peminjam harus menjaminkan tanahnya. Nilai jaminan dua kali pinjaman.
Tiberius juga memberi moratorium utang. Periode penangguhan diberikan 18 bulan (Wikipedia).Â
Kebijakan ini dianggap sangat bijak. Tujuannya agar debitur bangkit kembali. Tiberius juga menolak potong anggaran. Anggaran publik tidak dipotong. Pajak juga tidak dinaikkan. Anggaran sosial malah ditingkatkan (Tirto.id, 2021).Â
Anggaran infrastruktur juga naik. Langkah ini sering dipuji. Ini bukti Romawi peduli rakyat. Mereka peduli saat krisis.
Namun, perbandingan kebijakan Romawi dengan respons modern harus kritis.Â
Ada perbedaan mendasar yang terabaikan. Sistem ekonomi Romawi lebih sederhana. Sistem ini berbasis pertanian dan perdagangan. Ini berbeda dengan ekonomi global kini (Tirto.id, 2021).Â
Romawi tidak punya sistem keuangan kompleks. Tidak ada pasar modal modern. Tidak ada bank sentral.Â
Kekuasaan Kaisar Tiberius absolut. Dia bisa keluarkan dekrit sepihak. Tanpa proses legislatif yang panjang. Ini berbeda dengan negara demokratis (Epicenter Harvard University).
Klaim bahwa kebijakan ini hanya bantu rakyat kecil perlu ditelaah. Bantuan memang menyasar petani.Â
Tapi, kebijakan ini juga untungkan elit. Senator dan bangsawan punya utang besar. Moratorium utang menyelamatkan mereka. Suntikan dana bank juga menyelamatkan mereka (Epicenter Harvard University).Â
Jadi, bantuan ini tidak hanya untuk rakyat. Kebijakan ini juga strategi politik. Dengan menyelamatkan elit, Tiberius menjaga loyalitas. Ini mencegah gejolak politik. Gejolak itu mengancam kekuasaannya.