Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mitos Keringat dan Fakta Sebenarnya Proses Pembakaran Lemak Tubuh

7 Agustus 2025   09:00 Diperbarui: 3 Agustus 2025   22:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi berkeringat. (shutterstock/YAKOBCHUK VIACHESLAV via Kompas.com) 

Ada miskonsepsi tentang keringat. Keringat bukanlah lemak yang terbakar. 

Banyak orang salah kaprah soal keringat. Mereka menganggapnya tanda lemak terbakar. 

Pemikiran ini sangat umum di masyarakat. Banyak keringat berarti banyak lemak hilang (kumparan, 2024). 

Namun, pandangan tersebut tidaklah benar. Keringat bukanlah lemak yang sedang mencair. Melainkan mekanisme alami dari tubuh. Untuk mendinginkan suhu tubuhnya (Kelas Fitness; Degree Deodorant).

Saat berolahraga otot menghasilkan panas. Panas itu membuat suhu tubuh meningkat. Sebagai respons, sistem saraf bekerja. Sistem itu mengaktifkan kelenjar keringat. Lalu mengeluarkan cairan ke permukaan kulit (Alodokter; Medical News Today, 2020). 

Keringat yang keluar mengandung banyak air. Ketika air ini mulai menguap. Panas dari kulit akan ikut terbawa. Sehingga tubuh pun menjadi dingin (CNN Indonesia, 2023).

Jadi, keringat adalah sebuah bukti. Bukti tubuh sedang bekerja keras. Bukan bukti lemak sedang terbakar (Tirto.id). 

Kehilangan berat badan setelah olahraga. Itu hanyalah kehilangan berat air. Sifatnya pun hanya sementara saja (Peterbendtsen.com; APKI). 

Jika kita menimbang setelah latihan. Beratnya mungkin akan turun sedikit. 

Namun setelah minum beratnya kembali. Ini membuktikan yang hilang cairan. Cairan itu bukanlah lemak tubuh. Karena lemak tidak keluar dari pori. Lemak tidak keluar sebagai keringat (Healthline; Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 2021).

Lantas, bagaimana lemak tubuh benar-benar terbakar? Prosesnya jauh lebih rumit sekali. Tidak hanya sekadar berkeringat saja (Weill Cornell Medicine, 2021). 

Lemak disimpan dalam sel-sel lemak. Lemak itu berbentuk trigliserida (Repository UM Surabaya; Harvard Health Publishing, 2021). 

Ketika tubuh membutuhkan pasokan energi. Hormon adrenalin akan dilepaskan. Hormon ini mengaktifkan enzim lipase. Enzim tersebut adalah HSL (PMC NCBI, 2021; Eprints Poltekkes Jogja).

Enzim HSL ini memecah trigliserida. Menjadi asam lemak serta gliserol. Proses ini disebut proses lipolisis (CNN Indonesia, 2025; Repository Unimus). 

Asam lemak lalu dilepaskan ke darah. Kemudian diambil oleh sel-sel otot. Untuk dijadikan sebagai bahan bakar. 

Di dalam otot asam lemak teroksidasi. Ini adalah sebuah proses kimia. Proses ini menggunakan banyak oksigen. Oksigen mengubahnya menjadi energi (ATP) (CNN Indonesia, 2024; NCBI Books). 

Inilah sebabnya aerobik sangat efektif. Seperti lari dan juga bersepeda. Olahraga ini membakar banyak lemak. Karena tubuh butuh banyak oksigen (Good Doctor; Wikipedia).

Faktor terpentingnya adalah defisit kalori. Tubuh harus membakar lebih banyak kalori. Daripada kalori yang telah dikonsumsi (AXA Mandiri; Halodoc). 

Tanpa adanya defisit kalori. Lemak tidak akan terbakar signifikan. Olahraga adalah cara paling efektif. Untuk menciptakan defisit kalori ini. Karena olahraga membakar banyak lemak. Serta kalori dari sumber karbohidrat (Muscle First; Mount Elizabeth Hospital).

Meskipun keringat bukan indikator utama. Namun keringat tetaplah sangat penting. Sebagai tanda intensitas latihan kita. Bahwa intensitasnya sudah cukup tinggi (Era.id; Hello Sehat). 

Latihan intensitas tinggi membakar kalori. Sehingga keringat bisa jadi motivasi. Bagi banyak orang untuk berolahraga (Runners Case).

Beberapa jenis olahraga sangat efektif. Olahraga itu membakar banyak lemak. Salah satunya adalah latihan HIIT (Siloam Hospitals; Good News From Indonesia, 2025). 

HIIT adalah metode latihan intens. Latihan dengan waktu yang singkat. Kemudian diikuti dengan jeda istirahat. Ini terbukti membakar kalori maksimal. 

Keunggulan HIIT adalah efek afterburn. Atau disebut juga dengan EPOC. Tubuh terus membakar banyak kalori. Bahkan setelah latihan sudah selesai. Efek ini bisa bertahan 38 jam (SFIDN; KlikDokter).

Selain itu, latihan angkat beban juga penting. Latihan ini untuk membangun massa otot (Tempo.co; Alodokter). 

Semakin banyak massa otot dimiliki. Semakin tinggi metabolisme basal kita. Yaitu kalori terbakar saat istirahat (Columbia Asia). 

Dengan demikian, kombinasi latihan ini. Seperti kardio, HIIT, dan angkat beban. Menjadi strategi yang sangat efektif. Untuk membakar lemak tubuh kita (Good News From Indonesia, 2025; Halodoc).

Tentu saja, olahraga harus seimbang. Seimbang dengan pola makan yang tepat. Fokuslah pada makanan kaya protein. Serta makanan yang kaya akan serat. 

Protein membantu membangun massa otot. Juga beri rasa kenyang lebih lama. Ini mencegah makan secara berlebihan (Siloam Hospitals; Jurnal Aplikasi Kesehatan, 2022). 

Terakhir, jangan lupakan istirahat cukup. Kurang tidur mengganggu hormon lapar. Hormon lapar itu adalah ghrelin. Serta mengganggu hormon kenyang (leptin). 

Ini akhirnya meningkatkan nafsu makan. Sehingga menghambat proses pembakaran lemak (Halodoc; Alodokter).

***

Referensi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun