Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Profesi Mistery Shopper, Bukan Sekedar Jalan-jalan dan Makan Enak

13 Agustus 2025   21:00 Diperbarui: 26 Juli 2025   22:31 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja. (Dok. Freepik via Kompas.com)

Pekerjaan ini adalah pembelanja misterius. Atau disebut juga mystery shopper. Pekerjaan ini disajikan dengan narasi menarik. 

Konsep pekerjaan ini sangat sederhana. Seseorang dibayar untuk bisa berbelanja. Dia juga menikmati berbagai layanan. Lalu dia akan memberikan penilaian. 

Pekerjaan ini terdengar seperti hobi. Hobi ini bisa menghasilkan uang. Ada kesan petualangan yang seru. Kesan petualangannya seperti detektif rahasia. 

Tugasnya adalah menguji kualitas layanan. Banyak orang menjadi sangat tergiur. Mereka dijanji bisa makan enak. Mereka bisa menginap di hotel. Bahkan bisa menonton film gratis. Tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. (Tirto.id). 

Namun ada realitas lain dibaliknya. Realitas ini perlu dipahami mendalam.

Profesi ini punya sejarah yang panjang. Konsepnya sudah ada sejak tahun 1940-an. Tujuannya mengidentifikasi kasus pencurian. Juga meningkatkan kualitas penjualan. (Tirto.id, 2022; Mercsystems.com, 2020). 

Perusahaan riset WilMark adalah pionirnya. WilMark menciptakan istilah mystery shopping. 

Awalnya mereka menggunakan investigator swasta. Untuk memantau pencurian di bank. Juga pencurian di berbagai toko ritel. Peran ini terus berkembang pesat. 

Terutama pada era tahun 1970-an. Industri fokus pada layanan pelanggan. Peran ini menjadi alat riset pasar. Juga untuk evaluasi kualitas layanan. (Checker-soft.com; Trendsource). 

Perusahaan menyewa pembelanja misterius profesional. Mereka menyamar sebagai konsumen biasa. Mereka menilai berbagai macam aspek. 

Mulai dari kebersihan tempat usaha. Hingga keramahan para stafnya. Lalu pengetahuan produk dari staf. Sampai kecepatan dalam setiap pelayanan. 

Laporan mereka menjadi masukan berharga. Untuk perbaikan kualitas bisnis perusahaan.

Daya tarik utama pekerjaan ini fleksibel. Sehingga cocok untuk penghasilan tambahan. Tanpa terikat jam kerja kantor. (Tirto.id, 2022). 

Bagi sebagian orang ini pengalaman seru. Karena ada banyak unsur kebaruan. Seperti mencoba restoran atau hotel. 

Beberapa cerita sukses juga beredar. Mereka klaim dapat servis gratis. Hal ini membangun citra positif. Pekerjaan ini seperti liburan berbayar. 

Namun klaim untung perlu dipertanyakan. Realitasnya tidak selalu seindah bayangan. Penghasilan pembelanja misterius tidak stabil. Hal ini bergantung jumlah proyek. 

Data di Indonesia menunjukkan gaji. Kisaran gajinya Rp 1-3 juta. Ini untuk pekerjaan freelance. (Atma.co.id). 

Bayaran per kunjungan bervariasi. Dari ratusan ribu hingga jutaan. (Perpusteknik.com). 

Misi liburan sangat jarang terjadi. Contohnya menginap di hotel mewah. Tugasnya lebih sering menilai toko. Atau menilai restoran cepat saji. Pekerjaan ini bisa jadi membosankan.

Tuntutan profesionalisme pekerjaan ini tinggi. Pembelanja misterius harus mampu menyamar. Mereka harus menyamar dengan sempurna. Tanpa menarik perhatian orang lain. (Evaluate.id, 2018; Dealls). 

Setiap detail harus dicatat akurat. Misalnya nama dari setiap karyawan. Waktu pelayanan juga harus dicatat. Hingga kondisi fisik dari tempatnya. Maka ingatan tajam adalah kuncinya. 

Ketelitian juga menjadi kunci utamanya. Laporan harus dibuat setelah misi. Laporan harus jujur dan objektif. 

Jika laporan tidak memenuhi standar. Atau jika penyamarannya sampai terbongkar. Maka pembayaran bisa saja ditolak. 

Ada organisasi profesi untuk ini. Namanya Mystery Shopping Professionals Association (MSPA). MSPA menetapkan standar etika profesi. Juga memastikan profesionalisme di industri. (MSPA-EA.org).

Aspek pendidikan bisa jadi pedang. Tidak ada syarat ijazah khusus. 

Namun pekerjaan ini butuh keterampilan. Keterampilan non-formal yang sangat spesifik. Seperti kemampuan observasi yang detail. Juga keterampilan menulis laporan jelas. Serta integritas pribadi yang tinggi. 

Ini bukan pekerjaan yang sembarangan. Persaingan antar freelancer sangat ketat. Membuat pencarian proyek bagus sulit. (Tirto.id, 2022).

Di era digital risiko penipuan ada. Risiko ini mengintai calon pembelanja. Banyak platform atau agensi palsu. Mereka janji bayaran sangat besar. Namun pada akhirnya tidak membayar. (Blog.lebara.co.uk; McAfee). 

Pola penipuan umumnya memakai cek. Mereka mengirimkan cek palsu. Atau meminta informasi data pribadi. Data pribadi itu tidak relevan. 

Oleh karena itu calon pembelanja. Harus sangat berhati-hati memilih provider. Verifikasi provider terpercaya itu penting. 

Langkah pertama adalah cari tahu. Apakah mereka terafiliasi asosiasi global. Misalnya seperti asosiasi MSPA. (MSPA-EA.org; MSPA-Global.org). 

Kedua, periksa reputasi dari mereka. Dengan mencari ulasan pembelanja lain. Atau melihat kehadiran online mereka. (Evaluate.id, 2024). 

Ada beberapa perusahaan penyedia jasa. Perusahaan ini terkemuka di Indonesia. Bisa menjadi acuan bagi peminat. Seperti Evaluate Indonesia dan Integrity Indonesia. Ada juga perusahaan InCorp. (Incorp.asia, 2024).

Pekerjaan pembelanja misterius pilihan menarik. Terutama bagi yang cari fleksibilitas. Dan juga mencari pengalaman baru. 

Namun penting melihatnya secara realistis. Sebagai pekerjaan sampingan yang menuntut. 

Pekerjaan ini menuntut detail tinggi. Juga menuntut profesionalisme yang tinggi. Seringkali pendapatannya tidak menentu. 

Pekerjaan ini bukan jalan-jalan gratis. Pekerjaan ini tidak selalu menguntungkan. 

Pemahaman jujur tentang tantangannya. Akan membantu seseorang untuk memutuskan. Apakah profesi ini sesuai baginya.

***

Referensi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun