Esemka sempat menjadi harapan baru. Namun, skala produksi massalnya masih terbatas. Pada tahun 2024, produksi Esemka diperkirakan kecil. Sekitar 300 unit per tahun (Wikipedia, 2024).Â
Klaim "merek lokal 100%" belum terwujud. Esemka masih bergantung pada komponen impor (Wikipedia, 2024).
Menggeser Fokus: Dari Merek ke Ekosistem
Mungkin ada baiknya Indonesia mengubah fokus. Jangan terus mengejar mimpi merek "mobil nasional".Â
Industri otomotif kita sudah berkembang. Menjadi basis produksi penting bagi merek global. Banyak mobil diekspor dari sini. Ini sudah menciptakan banyak lapangan kerja. Juga terjadi transfer teknologi.
Mungkin, yang lebih penting adalah memperkuat ekosistem. Ekosistem industri otomotif secara keseluruhan. Ini berarti fokus pada pengembangan komponen lokal. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.Â
Terutama di bidang rekayasa dan desain. Memberikan insentif bagi riset dan pengembangan.
Pindad Maung adalah contoh baik dari spesialisasi (Wikipedia, 2024).Â
Maung Garuda (MV3) adalah kendaraan taktis 4x4. Kapasitas mesinnya 199 tenaga kuda (HP).Â
Dimensinya 5,05 meter panjang. Lebarnya 2,06 meter. Tingginya 1,87 meter. Bobotnya mencapai 2,95 ton. Kecepatan maksimalnya bisa 100 km/jam (Lampost.co, 2024; Auksi.co.id, Tahun tidak spesifik; Tirto, 2024).Â
Maung Pindad menunjukkan kemampuan Indonesia. Kemampuan di segmen pasar yang khusus. Indonesia bisa lebih fokus pada segmen tertentu. Misalnya, kendaraan niaga atau kendaraan listrik. Atau kendaraan khusus sesuai kebutuhan lokal.
Kemitraan strategis dengan pemain global bisa diperkuat. Syaratnya adalah alih teknologi. Juga peningkatan tingkat lokalisasi komponen.Â