Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Membaca Ulang Narasi Kemenangan Tarif Dagang 19% Indonesia

17 Juli 2025   10:09 Diperbarui: 17 Juli 2025   10:09 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diplomasi dagang Donald Trump. (Kompas/Heryunanto)

Minggu ini, narasi yang beredar menggembar-gemborkan keberhasilan diplomasi. Terutama diplomasi perdagangan Indonesia. Diplomasi dengan Uni Eropa (UE). Juga dengan Amerika Serikat (AS). 

Ada kesepakatan politik penyelesaian I-EU CEPA. Kesepakatan ini diumumkan pada 13 Juli 2025. Pengumuman oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Juga oleh Presiden Prabowo Subianto (European Commission). 

Ada juga berita penurunan tarif resiprokal AS. Tarif untuk barang-barang Indonesia. Dari 32 persen menjadi 19 persen. Ini setelah pembicaraan langsung. Antara Presiden Prabowo dan Presiden Donald Trump (Reuters, 2025; Antara News, 2025). 

Ini disambut dengan euforia. Disebut "minggu penuh kejutan". Juga "pencapaian besar." 

Namun, saya skeptis. Saya merasa perlu menantang narasi optimis ini. 

Apakah ini benar-benar kemenangan strategis? Kemenangan yang fundamental? Atau hanya adaptasi taktis? 

Adaptasi terhadap dinamika global. Dinamika yang semakin menantang. Bahkan mungkin sebuah kompromi yang mahal.

Normalisasi Kelemahan, Bukan Kekuatan

Mari Pangestu pada opininya dalam Harian Kompas menyoroti kepemimpinan langsung. Kepemimpinan dari tingkat kepala negara. 

Ini dalam proses negosiasi. Disebut sebagai "perkembangan signifikan". Mencerminkan "new normal". Atau keniscayaan keterkaitan isu. Isu ekonomi dan keamanan strategis. 

Pertanyaannya, apakah ini sinyal kematangan? Sinyal adaptasi yang positif? 

Atau justru indikasi adanya disfungsi? Disfungsi dalam sistem negosiasi perdagangan. Sistem yang tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun