- Membuat Jiwa Rapuh.Â
Saat seluruh identitas kita adalah pekerjaan. Kita jadi sangat rapuh. Jika pekerjaan itu gagal. Kita merasa diri kita gagal total. Hancur. Tidak ada penopang lain.Â
Itulah mengapa dukungan sosial dari lingkungan sekitar sangat penting. Ia berfungsi sebagai jaring pengaman. Para resi di masa lalu mungkin punya komunitas spiritualnya. Kita di zaman modern juga butuh 'mandala' atau lingkaran pendukung kita sendiri.
Kisah-kisah tentang dedikasi ini memaksa kita untuk berpikir ulang: apa arti sukses yang sebenarnya? Apakah piala di atas rak tapi hati yang hampa? Ataukah dompet yang tebal tapi jiwa yang kesepian?Â
Mereka mengajarkan kita. Bahwa pencapaian tanpa koneksi adalah sebuah kehampaan. Pelajaran terbesarnya adalah. Untuk tidak hanya mengejar 'apa' yang kita mau.Â
Tapi juga 'bersama siapa' kita mau melewatinya. Karena di akhir perjalanan. Yang paling kita ingat bukanlah lembur. Melainkan tawa bersama.
Para pujangga meninggalkan warisan dalam naskah-naskah kuno. Pertanyaannya untuk kita: warisan apa yang ingin kita tinggalkan?Â
Tumpukan pekerjaan, atau tumpukan kenangan hangat bersama orang tersayang? Jawabannya ada di pilihan kita setiap hari.
***
Referensi:
- Pradana, M. A., & Baktiono, B. A. (2021). Pengaruh Work-Family Conflict dan Beban Kerja Terhadap Burnout pada Karyawan. Character: Jurnal Penelitian Psikologi, 8(4). Diakses dari https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/download/53369/42741
- Sari, N. P. R. I., & Sudja, I. N. (2022). Pengaruh Beban Kerja dan Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada The Vasini Hotel Denpasar. Jurnal Manajemen, Kewirausahaan dan Pariwisata, 2(3). Diakses dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/manajemen/article/view/67903
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI